'Eco Packaging', Inovasi Demi Bumi Lestari (2)

Rusman Nurjaman

Editor

'Eco Packaging', Inovasi Demi Bumi Lestari (2)
'Eco Packaging', Inovasi Demi Bumi Lestari (2)

Intisari-Online.com - Munculnya eco atau green packaging merupakan bentuk solusi kreatif yang saat ini kian berkembang. Terlebih di aras kebijakan, selama rancangan peraturan pemerintah (RPP) soal pengelolaan sampah masih diperdebatkan, green packaging merupakan solusi yang tepat bagi industri kemasan. Pelaku industri akan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang. Eco packaging dianggap dapat menerobos kebuntuan mengurangi kerusakan lingkungan. Kini bahkan model kemasan ini mulai beranjak dari prinsip 3R (reduce, recycle, reusable) ke 4R, dengan menambahkan variabel renewable (dapat diperbarui).

“Kemasan dengan penggunaan material dan desain yang tepat dapat membantu mengurangi resiko kerusakan lingkungan,” kata Meryl Ng, desainer dari Bentoel Group. Contohnya, kemasan makanan dan minuman yang menggunakan material plastik biodegradable (plastik yang secara biologis dapat terurai).

Meryl menambahkan, salah satu perusahaan soft drink terbesar dunia turut memelopori gerakan ini. Mereka memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan kemasan botol. Di antaranya jagung, gula bit, gandum, ubi jalar dan beras. Dengan begitu, mereka berani menjamin 100 persen botol-botol tersebut dapat didaur ulang kembali.

Material alternatif untuk kemasan yang ramah lingkungan ini memang banyak ragamnya. Selain yang disebut di atas, material seperti corrugated carton/craft paper, recycle paper; styrofoam berbahan oxodegradable polystyrene juga banyak digunakan. Bahan-bahan ini lebih cepat terurai atau hancur dalam waktu lebih-kurang empat tahun. Untuk bahan alami, para desainer menggunakan anyaman bambu, eceng gondok, ataupun batok kelapa.

Green business

Tren ini mencerminkan kesadaran dunia industrial akan isu-isu pencemaran lingkungan. Eco packaging terus mendapat perhatian dari kalangan industri. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan yang berinovasi dan meningkatkan produksi material dengan kriteria eco-friendly.

Banyak juga perusahaan yang peduli terhadap lingkungan meluncurkan produk-produknya dengan eco packaging. Adanya kesadaran kalangan kreatif dan produsen terhadap lingkungan rupanya mendorong kecenderungan baru ini. “Dengan banyaknya produk-produk yang dikemas dengan eco pack, kita telah menciptakan environmentally-friendly buying behaviors. Pada akhirnya masyarakat pun memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya dari pencemaran dan kerusakan lingkungan,” tutur Meryl.

Perusahaan air minum kemasan Aqua, misalnya, kini tengah mengembangkan kemasan bioplastik. Begitu juga dengan Bentoel Group, para desainernya banyak mengolah material yang secara biologis dapat terurai. Sedangkan PT Tirta Marta dan Inter Aneka Lestari Kimia memproduksi kantong evoplasma. Bahan dasarnya dari singkong dari singkong dan tepung tapioka. Mereka menyebutnya earth friendly plastic atau the earth friendly bag. Kantong kemasan tersebut saat ini dipakai oleh beberapa brand di dunia industri seperti Herbalife, GAP, Novotel, Sarinah, dan lain-lain.

Perusahaan besar lain, seperti Unilever, juga membuka bank sampah (waste bank). Fungsinya untuk menampung dan mengumpulkan semua kemasan, lalu dipilah dan diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat. Di Cirebon, ada juga furniture dari bahan-bahan yang di-recylce. Bobotnya ringan tapi bagus, dan cukup laku.