Intisari-Online.com - Burung hantu memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengendalikan populasi hama tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada cara yang berhasil untuk mengatasi tikus di sekitar hutan kecuali memanfaatkan musuh alaminya, yaitu burung hantu. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektar tanaman padi. Karena dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor tikus.
Burung hantu yang dimaksud di sini adalah jenis yang paling populer. Tyto alba (Serak Jawa) namanya. Cara berburu burung hantu ini memang sangat berbeda dengan jenis-jenis burung predator lain. Misalnya elang yang mengandalkan kecepatan untuk menangkap mangsa. Atau burung rangkong di hutan belantara yang mengandalkan kekuatan dan kejutan. Sementara burung hantu lebih mengandalkan cara terbangnya yang tanpa suara dan pada kepekaan indera pendengaran dan ketajaman matanya.
Struktur bulu pada burung hantu memungkinkan suara yang timbul akibat pergerakan sayap pada saat terbang dapat diredam. Tepian sayap burung hantu memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus. Fungsinya untuk meredam bunyi kepakan sayap. Akibatnya, mangsa tidak mampu mendeteksi pergerakan burung hantu.
Kelebihan lainnya sebagai hewan predator lain, burung hantu ini memiliki mata yang tajam. Tak heran jika dia dapat melihat di kegelapan. Ketajaman matanya tiga kali ketajaman mata manusia. Lehernya fleksibel lantaran dapat berputar 270 derajat ke empat arah: kanan, kiri, atas, dan bawah.
Dengan segenap kemampuan yang luar biasa itulah burung hantu dapat menjadi predator alami yang ulung. Hasil penelitian pun menegaskan, tidak ada cara yang berhasil untuk mengatasi tikus di sekitar hutan kecuali memanfaatkan musuh alaminya, yaitu burung hantu. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektar tanaman padi.
Menurut Dwi Muliawati, staf Burung Indonesia, LSM lingkungan yang berfokus pada upaya konservasi burung, keunikan burung hantu seperti itu akan hilang jika mereka didomestifikasi di dalam kandang.