Intisari-Online.com- Sementara teknologi lainnya semakin mengecil ukurannya, turbin angin raksasa ini sengaja diciptakan untuk membuat daya yang cukup, dengan memanfaatkan tenaga angin. Para ilmuwan membuat turbin dengan ukuran pisau atau penggerak turbin sebesar 200 meter. Seperti yang dilaporkan Rob Nikolewski untuk LA Times,tinggi turbin akan mencapai 479 meter yang berarti lebih tinggi 30 meter dari Empire State Building. Untuk tetap stabil, struktur turbin tersebut akan memiliki diameter sekitar 400 meter. Menurut tim, ukuran turbin bukanlah satu-satunya hal yang membedakan desain mereka dari turbin terdahulu. Salah satu perbedaan terbesar adalah bahwa turbin baru ini akan melawan arah angin untuk memungkinkan daya aliran lebih mudah.Pisau turbin sebesar 200 meter, yang dianggap terlalu besar ini dapat bergerak dengan kekuatan yang ringan hingga kuat. Desain turbin yang diberi nama “Segmented Ultralight Morphing Rotors”, membuat bangunan turbin dan menggerakkan pisau turbin dengan cara yang lebih mudah.
Jika semuanya berjalan seperti yang mereka merencanakan, turbin bisa menghasilkan sampai 50 megawatt listrik atau 25 kali energi lebih banyak daripada turbin angin tradisional.Tim saat ini sedang bekerja pada tahap pertama dan mereka berharap turbin raksasa ini lolos uji pada 2019. Setelah itu, mereka mengklaim masih akan mengambil sekitar 15 tahun atau lebih untuk menyempurnakan turbin. Sejauh ini, Departemen Energi AS telah memberikan dana AS$3,5 juta untuk proyek tersebut. Meskipun proyek ini akan membutuhkan banyak penelitian dan biaya, beberapa pihak sudah menunjukkan sebuah dampak dari turbin raksasa—yang diperkirakan dapat mengancam burung-burung. Turbin yang mencapai beberapa 479 meter ke langit itu dianggap menimbulkan ancaman langsung terhadap kawanan burung yang bermigrasi jika sedang terbang.Untuk mengatasi hal ini, tim peneliti berharap untuk membangun turbin mereka di lepas pantai California, yang dianggap lebih tidak membahayakan. Namun, masih belum jelas solusi apa yang benar-benar dapat memecahkan masalah, tim kerap mencari cara yang lebih baik untuk menciptakan teknologi energi alternatif.
(Josh Hrala/ Sciencealert)