Intisari-online.com -Kalau sistem smart city yang tengah diterapkan dan terus dikembangkan di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia bisa menarik perhatian negara tetangga seperti Singapura, maka tidak ada salahnya pula kalau kita berkaca dari sistem smart city di kota-kota lain di dunia. Kota Tokyo, Seoul, dan Barcelona bisa jadi acuan yang pantas.
Yuk berkaca dari kota Barcelona yang ada di negara Spanyol. Barcelona adalah kota pertama yang menerapkan sistem smart city di dunia. Layanan publik berbasis teknologi menjadikan kota ini memiliki banyak aplikasi untuk melayani masyarakatnya.
Seperti layanan Telecare, yang dikhususkan bagi para lansia dan warga disabilitas demi mendukung kemandirian mereka. Perangkat Telecare memberi layanan curhat hanya sekadar untuk bercerita alias curhat. Telecare juga terhubung dengan dokter dan pelayanan darurat seperti ambulan dan pemadam kebakaran.
Untuk memudahkan masyarakat, pemerintah Barcelona menyediakan aplikasi MobileID. yang bisa diunduh di smartphone untuk mendapatkan identitas digital. Sehingga warganya tidak membutuhkan kartu identitas konvensional. Keperluan administrasi semakin mudah karena semua sistem pemerintah terintegrasi dengan MobileID.
Sistem demokrasi di Barcelona semakin terlihat dengan open data yang diterapkan pemerintah. Semua warga dapat melihat transparansi kinerja pemerintahan, bahkan bisa memberikan ide dan proposal untuk kemajuan kota. Warga lainnya juga berhak memberi dukungan dan kritikan terhadap ide tersebut. Jika hasil voting tinggi dan ide tersebut layak diterapkan, pemerintah tidak segan melakukannya.
Soal kecanggihan transportasi bisa belajar dari Tokyo. Kekuatan utama Tokyo sehingga dinobatkan sebagai smart city adalah sistem transportasi masalnya. Untuk hampir 38 juta penduduknya, pemerintah membangun subway yang saling terhubung untuk seluruh tujuan warga. Tokyo memiliki 882 stasiun dan 121 kereta api yang melayani kebutuhan perjalanan masyarakat. Dengan begitu, arus lalu lintas yang padat dapat diatur dengan lebih tertib.
Warga Tokyo juga tampaknya lebih senang menggunakan fasilitas kereta bawah tanah tersebut. Tidak heran kalau jumlah penumpang kereta api di Tokyo mencapai 14,6 miliar setiap tahunnya. Bahkan untuk penerbangan internasional, Tokyo memiliki semua penerbangan langsung tanpa transit.
Dalam bidang penghijauan, Tokyo juga sangat bergiat. Sejak tahun 2006 pemerintah Tokyo memulai penghijauan kota secara besar-besaran di kota dengan luas wilayah 8,547km2 itu.