Intisari-Online.com - Baru-baru ini, media sosial ramai oleh foto webcam dan audio jcak laptop Mark Zuckerberg yang ditutupi oleh selotip. Banyak yang menduga hal itu dilakukan sang CEO Facebook untuk menghindari upaya hacker meretas laptopnya.
Namun beberapa hasil penelitian dari Kaspersky Lab menunjukkan bahwa tidak cukup pengguna sekedar menyadari risiko yang ada, apalagi dengan menggunakan cara-cara yang salah untuk tetap aman ketika online.
Penelitian menunjukkan pengguna internet beralih ke sejumlah cara yang berbeda untuk menjaga privasi mereka aman. Satu dari lima pengguna (20%) mengakui bahwa mereka menutupi webcam mereka, dalam upaya untuk melindungi privasi mereka.
Cukup berguna, tetapi penting bagi pengguna untuk mengetahui bahwa menutupi webcam tidak dapat mencegah intersepsi audio dan melindungi pengguna dari didengarkan oleh hacker atau kelompok berbahaya.
Lebih dari seperempat pengguna internet (28%) menyimpan data sensitif mereka pada perangkat yang tidak memiliki akses internet, sebuah pemikiran yang keliru apabila hal ini akan menjamin perlindungan terhadap data-data mereka.
Namun, meskipun teori ini didasarkan pada logika, dan sangat penting untuk juga mengamankan cadangan data dari efek serangan ransomware, bahkan tanpa koneksi internet sekalipun sangat mungkin bagi perangkat untuk terinfeksi ketika terhubung dengan smartphone atau USB stick.
Sekitar 18% dari pengguna internet yang disurvei mengakui bahwa mereka mencoba untuk menghindari menggunakan situs-situs populer seperti Google dan Facebook karena informasi pribadi yang dikumpulkan oleh situs tersebut.
Walau sebenarnya itu merupakan praktek yang normal di hampir semua situs web saat ini untuk melacak pengguna dan mengumpulkan beberapa data-data pengguna.
Selain itu, 8% pengguna yang paranoid mengaku menyembunyikan komputer mereka dari orang lain, meskipun hal ini tidak akan membantu melindungi mereka dari ancaman Internet. 7% juga mengatakan mereka menyisihkan waktu untuk log in, kemudian menghapus data kartu kredit ketika melakukan transaksi secara online, sebagai upaya mereka untuk membingungkan virus, meskipun faktanya malware, terutama keyloggers, tidak dapat dibuat bingung dengan cara ini.
Sementara beberapa menggunakan cara-cara yang ekstrim, tetapi tidak kuat. Statistik menunjukkan bahwa pengguna internet lainnya sangat kurang dalam hal ketangkasan cyber.
Hanya 23% pengguna yang mengatakan mereka merasa ditargetkan secara online dan 23% mengatakan bahwa mereka tidak berpikir solusi keamanan diperlukan, memunculkan pertanyaan tentang kesadaran online mereka dan kemampuan untuk melindungi diri dari bahaya.
David Emm, Principal Security Researcher dari Kaspersky Lab mengatakan, "Temuan ini menunjukkan dua hal ekstrem - di satu satu sisi ada orang-orang yang berpikir mereka dapat menyimpan data mereka dengan aman, misalnya, menyembunyikan komputer mereka; namun di sisi lain masih ada orang-orang yang tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan secara online.
“Orang-orang perlu menjadi lebih cerdas dan tangkas dalam hal cyber. Dengan solusi keamanan yang ada saat ini sangat mungkin untuk melindungi diri dari ancaman cyber, tanpa harus melakukan hal yang ekstrim seperti menyembunyikan komputer Anda," lanjut Emm.
Sangat mungkin bagi pengguna untuk melindungi diri dari ancaman online, tanpa harus melakukan cara-cara yang ekstrim dan bisa jadi tidak akurat. Kaspersky Internet Security, misalnya, dapat melindungi pengguna tanpa mempengaruhi kehidupan digital mereka.
Fitur Webcam Protection untuk Mac dan Windows dapat menjaga privasi pengguna, sementara spesialis fitur anti-pelacakan - seperti fungsi Private Browsing - dapat membantu pengguna yang ingin menghindari dilacak oleh situs web - dengan menghilangkan data pengguna dari lalu lintas Internet.
(Kama Adritya/chip.co.id)