Intisari-Online.com - Di tangan ilmuwan Meksiko, Jose Carlos Rubio Alavos, semen yang biasanya hanya menjadi material penguat bangunan kini bisa turut mempercantik bangunan. Hal ini terjadi setelah Alavos berhasil menemukan semen glow in the dark atau yang mampu nyala dengan terang ketika malam hari.
Semen yang merupakan komponen utama pembentuk beton akan mampu mempercantik pemandangan kota malam hari dari Shanghai hingga Seoul.
Semen ini terbuat dari material hemat energi yang mampu menyerap sinar matahari dan mulai memancarkan cahaya kala malam tiba.
"Semen ini bisa diaplikasikan dalam penggunaan eksterior maupun interior bangunan," kata Rubio Avalos yang juga menjadi peneliti di Universitas Michoacana de San Nicolas de Hidalgo Meksiko.
Semen merupakan industri jutaan dollar AS dan pada 2014 silam, konsumsi global material ini menembus angka 4,3 miliar ton.
Kini, penemuan Rubio Avalos diyakini mampu mengubah industri semen yang ada.
Rubio Avalos pun mendapat banyak permintaan terkait penemuannya, mulai dari pemerintah, kalangan pengusaha, hingga organisasi non pemerintahan (NGO).
Berbagai permintaan itu bakal digunakan untuk aplikasi pembuatan rumah, jalur sepeda, jalan tol, interior, dan bahkan kolam renang.
Salah satu NGO bernama Doctor Without Borders contohnya ingin mengaplikasikan semen glow in the dark di kamar mandi umum yang sering bermasalah dengan pencahayaan dan juga supaya membuat wanita merasa aman ketika memasuki toilet umum gelap.
Proses pembuatan semen diawali dengan mencampurkan serbuk dengan air dan setelah memadat berbentuk gel, semen tersebut masuk dalam bentuk serpihan kristal.
Serpihan itu merupakan bagian dari semen yang tidak perlu. Rubio Avalos kemudian menemukan cara untuk mengubah struktur mikro semen yang membuat serpihan itu tidak muncul.
Hasilnya, semen tanpa serpihan kristal itu dapat menyerap energi matahari dan memancarkan cahaya ketika malam tiba.
Menurut dia, produk pemancar cahaya dari semen itu bisa bertahan selama 100 tahun dan bersinar selama 12 jam pada malam hari.
"Beberapa orang kemudian mengatakan bahwa ini merupakan material yang benar-benar baru," ujar dia.
Warna yang dihasilkan sejauh ini baru sebatas biru laut dan hijau terang, namun Rubio Avalos tengah berusaha membuat semen berwarna merah, putih, dan ungu.
Kini, dia juga sedang berusaha untuk membangun sebuah pabrik yang diharapkan mampu memroduksi semen dalam kurun waktu tiga sampai lima bulan. Namun, semua itu memerlukan biaya tak sedikit.
"Jika kami ingin mengomersialisasikan ini dan memenuhi semua permintaan dari Eropa, Amerika, Africa, dan Asia maka kami membutuhkan dana sekitar 5-6 juta dollar AS," ungkap Rubio Avalos.
Mahalnya dana itu karena struktur kompleks yang dimiliki semen dan menurut Rubio Avalos, penemuannya ini lima kali lebih mahal dari pada pembuatan semen biasa.
Kendati demikian, tidak harus keseluruhan struktur menggunakan semen ini. Rubio Avalos mengatakan mereka hanya cukup dilapisi lapisan luarnya saja.
Namun, itu pun tak menutup mahalnya biaya penggunaan semen tersebut.
"Tiap satu meter persegi yang mungkin tebalnya 3 milimeter akan menelan biaya sekitar 60-70 dollar AS (Rp780.000-Rp910.000)," pungkas Rubio Avalos.
(Ridwan Aji Pitoko/kompas.com)