Kebiasaan Me-retweet atau Me-repost Sebuah Status dapat Ganggu Kemampuan Belajar dan Ingatan Kita

Okke Nuraini Oscar

Editor

Kebiasaan Me-retweet atau Me-repost Sebuah Status dapat Ganggu Kemampuan Belajar dan Ingatan Kita
Kebiasaan Me-retweet atau Me-repost Sebuah Status dapat Ganggu Kemampuan Belajar dan Ingatan Kita

Intisari-Online.com - Menurut sebuah penelitian, mengirim ulang atau me-retweet sebuah status yang bisa menarik perhatian kita di sosial media nyatanya dapat menganggu kemampuan belajar dan mengganggu ingatan kita.

Para peneliti telah menemukan mengirim ulang berbagai informasi di media sosial dapat menyebabkan 'kognitif yang berlebihan' yang juga dapat berpengaruh ke dunia nyata dan mengurangi kinerja.Profesor Qi Wang, seorang ahli di human development dari Cornell University di New York, mengatakan bahwa orang-orang yang terlalu sering mengirim ulang sebuah informasi di media sosial tidak memasukkan ide-ide asli lagi, dalam hal ini maksudnya adalah tidak memiliki orisinalitas.

Anda hanya berbagi apa yang Anda baca pada teman-teman Anda. Tapi mereka tidak menyadari bahwa berbagi informasi juga memiliki sisi negatifnya. Sebagai contoh, Profesor Wang dan rekan-rekannya melakukan serangkaian eksperimen untuk mengeksplorasi dampak dari perilaku yang sering mengirim ulang sebuah posting di media sosial.

Hasil penelitian mereka dipublikasikan dalam Journal Computer in Human Behavior. Sekelompok mahasiswa di Universitas Beijing dibagi menjadi dua kelompok dan diberikan serangkaian pesan dari Weibo, sebuah platform media sosial seperti Twitter di Cina.

Setelah membaca setiap pesan, setengah peserta diizinkan untuk mengirim ulang pesan atau pindah ke pilihan berikutnya. Sedangkan setengah peserta lain hanya diberikan pilihan untuk pindah ke pesan berikutnya. Setelah ini, para mahasiswa kemudian diberi tes online pada isi pesan yang baru saja mereka baca.

Hasilnya, kelompok yang diizinkan untuk mengirim kembali pesan melakukan dua kali lebih banyak kesalahan pada lembar jawaban dan sering menunjukkan pemahaman yang buruk. “Mereka yang mem-posting ulang sebuah pesan kerap mengalami pemahaman yang buruk.” Ujar Profesor Wang seperti yang dilansir dalam dailymail.

Dalam percobaan kedua, para siswa juga menyelesaikan kuesioner yang dirancang untuk menganalisis kemampuan kognitif mereka. Hasil yang ditemukan pada kelompok yang diperbolehkan untuk mengirim ulang pesan memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah.

(Richard Gray/ dailymail.co.uk)