Intisari-Online.com - Dilansir dalam Dailymail, sepertiga kru pesawat yang diwawancarai untuk sebuah penelitian mengakui bahwa mereka mengonsumsi pil tidur setidaknya sekali seminggu. Terlebih lagi, 90 persen melaporkan mengalami kesulitan tidur dan mengatakan mereka kerap terbangun pada malam hari.
Seorang pakar mengatakan bahwa penelitian ini telah menimbulkan keprihatinan. Pasalnya, obat tidur dapat mengganggu kinerja, sementara keadaan jet lag dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi dan nafsu makan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa waktu tidur kru pesawat hanya berlangsung selama 6,72 jam, kurang dari jumlah yang direkomendasikan oleh National Sleep Foundation.Lembaga inimengatakan bahwa orang dewasa berusia antara 25-64 tahun memiliki durasi tidur antara tujuh sampai sembilan jam.
Dr. Neil Stanley, seorang pakar yang meneliti pola tidur mengatakan "Sebanyak 80 persen dari responden telah melakukan setidaknya satu penerbangan transatlantik pada periode survei, maka tidak mengherankan bahwa mereka akan mengalami beberapa jet lag dan gangguan tidur.” Para responden penelitian rata-rata telah menyeberangi 18 zona waktu (lebih dari dua penerbangan transatlantik).
“Banyak obat-obatan dan produk OTC yang digunakan untuk insomnia dan jet lag justru dapat menyebabkan kantuk di siang hari dan mengakibatkan kinerja siang hari terganggu." Kata Dr. Neil Kline, direktur American Sleep Association, seperti dilansir dalam The Huffington Post.
Masalah jangka pendek dari jet lag yaitu kelelahan, kehilangan konsentrasi, mudah marah dan kehilangan nafsu makan. Dan yang lebih mengkhawatirkan, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet pada 2007 menemukan bahwa gangguan ritme tidur dapat menyebabkan penurunan kognitif, gangguan psikotik, suasana hati dan penyakit jantung hingga kanker.
(Becky Pemberton/ dailymail.co.uk)