Intisari-Online.com -Selain untuk dijadikan pupuk alami, ternyata ditemukan kertas dalam kotoran gajah. I Made Artawan, staf Safari Poo Paper di Bali Safari dan Marine Park mengatakan bahwa kotoran gajah mengandung banyak serat yang bisa didaur ulang menjadi kertas.
Untuk mendapatkan selembar kertas, diperlukan beberapa tahapan daur ulang. Pertama-tama adalah proses pembersihan dengan menggunakan air yang mengalir. Setelah itu, kotoran direbus untuk menghilangkan bau. Hasil rebusan kemudian dijemur selama tiga hingga empat hari, lalu diangkat untuk digiling.
Pada proses penggilingan, kotoran gajah dicampur bubur kertas. Komposisinya menggunakan perbandingan 20% dan 80%. Kedua material tersebut dicampur bersama lem kanji agar lengket. Selanjutnya, bahan dicetak pada screen—alat pencetak—dan dijemur kembali selama empat jam. Jika sudah kering, cabut perlahan. Selembar kertas sudah jadi.
Kertas yang memakai bahan kotoran gajah memiliki tekstur lebih kasar dan tebal karena serat dari kotoran itu. Di luar tekstur dan ketebalan, tak ada yang beda dari kertas ini dengan kertas lain. Penggunaan campuran bubur kertas menjadikannya seputih kertas lain.
“Proses dari kotoran menjadi kertas memakan waktu sekitar satu minggu," ujar Artawan. Ia juga menambahkan, tidak semua kotoran hewan bisa diolah kembali menjadi produk seperti ini. Salah satunya adalah kotoran sapi yang sangat halus dan tak berserat.
Sebagai informasi, sejak 2011, seperti disampaikan Artawan, Bali Safari telah membuka tempat pengolahan untuk mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat, salah satunya kotoran gajah menjadi kertas.
Sebagai gambaran, seekor gajah dalam satu hari dapat mengeluarkan sekitar 50 kg kotoran. Sehari, seekor gajah makan lebih kurang 200 kg rumput. Adapun proses daur ulang kotoran gajah menjadi kertas di BSMP menghasilkan 50 lembar sampai 100 lembar kertas per hari. Produk kertas dari kotoran ini telah dipakai sebagai kartu nama pegawai BSMP dan piagam Bali Maraton 2015.(Kompas.com)