ak banyak penguasa, pejabat, politisi atau orang-orang yang merasa memiliki kekuatan khusus, yang singgah ke masjid atau berziarah ke makam sang sunan.
Mitos yang berkembang menyatakan, pejabat yang berkunjung ke tempat ini akan lengser atau tumbang. Presiden Sukarno dan Gus Dur pernah berkunjung ke sini. Dan keduanya sama-sama tumbang.
Ini mungkin sekadar mitos. Uniknya, Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 juga pernah diberitakan membatalkann kunjungannya ke Kudus. Hal ini bisa dilihat dari jejak digital yang bertebaran di internet.
Masyarakat luas mengaitkan hal itu dengan cerita rakyat bahwa Sunan Kudus telah memasang Rajah Kalacakra di gerbang atau pintu masuk menuju masjid yang juga bisa mengakses ke makam.
Rajah itu, konon, mampu melemahkan semua kekuatan atau daya linuwih seseorang. Bahkan dipercaya, penguasa akan segera kehilangan kekuasaannya jika melewati rajah itu. Demikian pula bagi pejabat.
Arya Penangsang vs Jaka Tingkir
Ujar sahibul hikayat, bukan tanpa alasan Sunan Kudus memasang rajah kalacakra di gerbang ptntu masuk masjidnya.
Selain untuk melerai pertikaian sengit para pewaris Kerajaan Demak, Sunan juga ingin menghindarkan pesantren asuhannya, dari tarik-menarik pengaruh politik.
Kala itu Kesultanan Demak memang sedang memanas karena intrik perebutan kekuasaan. Puncak perseteruan terjadi saat Jaka Tingkir atau Sultan hadiwijaya berebut takhta dengan Adipati Jipang Arya Penangsang.
Pada situasi politik sangat panas itulah, kedua belah pihak datang ke Sunan Kudus untuk meminta nasehat.
Sunan Kudus rupanya menghendaki semua dikembalikan dari nol jika ingin mencari solusi dari konflik. Semua harus menanggalkan posisi politik, jabatan ataupun kekuasaannya.
Karena itulah dia memasang Rajah Kalacakra untuk menihilkan semua kekuatan, kedigdayaan dan kekuasaan kedua pihak yang berseteru.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR