Kyai Modjo dan Pangeran Diponegoro memiliki ikatan kekerabatan. Diponegoro adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwana III dari istri selir.
Dengan demikian, Diponegoro adalah saudara sepupu Kyai Modjo. Kedua tokoh ini juga hidup di luar istana sejak kecil.
Hubungan mereka semakin erat setelah Kyai Modjo menikahi janda Pangeran Mangkubumi yang tidak lain adalah paman Diponegoro.
Diponegoro pun memanggil Kyai Modjo dengan sapaan "paman" meski keduanya adalah saudara sepupu.
Dakwah Islam dan Perang Jawa
Kyai Modjo memiliki dasar pengetahuan agama yang kuat dari ayahnya. Setelah menunaikan ibadah haji, ia sempat bermukim di Mekkah.
Pulang dari tanah suci, ia melanjutkan peran sang ayah mengelola pesantren di desanya dan berhasil menghimpun cukup banyak pengikut.
Bersama para santrinya, Kyai Modjo menggalang gerakan anti-pemurtadan yang marak di kalangan bangsawan kraton.
Kyai Modjo juga memiliki cita-cita suatu hari nanti tanah Jawa akan dikelola dengan pemerintahan berdasarkan syariat Islam.
Cita-cita itu sejalan dengan janji Pangeran Diponegoro yang ingin membebaskan tanah Jawa dari penjajahan Belanda
Kyai Modjo pun bersedia bergabung dengan pasukan Diponegoro untuk menghadapi Belanda dalam Perang Jawa (1825-1830).
KOMENTAR