Ia pun mulai menyusun rencana untuk memberontak terhadap Jepang bersama teman-temannya di asrama PETA.
Pada tanggal 14 Februari 1945 dini hari, Supriyadi bersama sekitar 200 anggota PETA melancarkan serangan mendadak terhadap markas dan gudang senjata Jepang di Blitar.
Mereka berhasil membunuh sejumlah tentara Jepang dan merebut senjata-senjata mereka. Mereka juga menyebarkan selebaran yang mengajak rakyat Indonesia untuk bangkit melawan Jepang.
Pengangkatan sebagai Menteri dan Pemimpin Tertinggi TKR
Pemberontakan PETA di Blitar merupakan perlawanan bersenjata terbesar Indonesia terhadap Jepang.
Peristiwa ini menimbulkan kekaguman dan kebanggaan di kalangan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya adalah Presiden Soekarno, yang saat itu berada di Jakarta.
Presiden Soekarno mengapresiasi perjuangan Supriyadi dan mengangkatnya sebagai Menteri Keamanan Rakyat pada tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Jabatan ini kemudian berubah menjadi Menteri Pertahanan.
Supriyadi juga ditunjuk sebagai Pemimpin Tertinggi TKR, sebuah organisasi militer yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 untuk menggantikan PETA.
Nasib Supriyadi setelah pemberontakan Blitar masih menjadi teka-teki hingga kini.
Baca Juga: Sosok Van Mook, Birokrat dan Intelektual Belanda yang Gagal Menyatukan Indonesia
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR