Situasi dan kondisi Indonesia di akhir pemerintahan Hindia Belanda ditandai dengan menyerahnya Belanda kepada tentara Jepang.
Intisari-Online.com -Soal sejarh kelas XI halaman 51:
"Bagaimana situasi dan kondisi Indonesia pada akhir masa negara kolonial Belanda?"
Sebelum menjawab di atas, pertama-tama kita harus tahu kondisi bangsa Indonesia pada masa pendudukan Belanda.
1. Monopoli VOC
VOC adalah kunci perekenomian Belanda pada masa itu.
Perusahaan dagang ini didirikan pemerintah Belanda sekitar abad ke-17 akibat persediaan rempah Belanda melimpah, namun harganya turun drastis.
VOC didirikan pada 20 Maret 1602 dengan modal 6,5 juta gulden.
Perusahaan dagang ini lalu memonopoli perdagangan rempah di Indonesia dengan hak jual beli dimonopoli VOC.
Petani tidak boleh melakukan jual beli dan harus menjual rempah hanya pada VOC, dengan harga yang ditentukan.
Semua kebutuhan petani juga harus dibeli dari VOC dengan harga yang dipatoknya.
Ini jelas menyulitkan bangsa Indonesia.
2. Semakin melarat dengan adanya Tanam Paksa
Tanam paksa, peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830, membuat rakyat semakin menderita.
Sistem ini mewajibkan setiap desa menyisihkan 20 persen tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor, seperti teh, tebu, kopi, dan tarum atau nila.
Hasil tanaman dijual kepada bangsa Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan.
Penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja 65 hari dalam setahun pada kebun milik pemerintah Belanda.
Tanam paksa menimbulkan penderitaan dan kemiskinan. Belanda dengan licik menerapkan perjanjian yang merugikan pribumi.
Tanah yang dipilih hanya tanah yang subur, tanah tetap dikenakan pajak, rakyat harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan, hingga harus mendahulukan tanaman pemerintah dari tanaman sendiri.
3. Sistem Kerja Rodi Sumber Sengsara
Dalam masa jabatan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, sekitar tahun 1808 hingga tahun 1811, masyarakat Indonesia harus merasakan sistem kerja rodi.
Kerja rodi dilakukan guna mendukung sistem tanam paksa.
Belanda membangun berbagai sarana seperti pabrik, rel kereta api, jalan raya, bendungan, hingga pelabuhan.
Pembangunan berbagai sarana tersebut menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia.
Selama kerja rodi, para pekerja tidak dibayar.
Kalaupun dibayar, hanya sedikit saja yang diterima.
Rakyat harus bekerja dengan menahan sakit dan kelaparan.
Begini kondisi masyarakat Indonesia di akhir periode pemerintahan Hindia Belanda.
Setidaknya ada empat hal yang menandai kondisi masyarakat Indonesia di akhir masa pemerintah kolonia Belanda.
1. Krisis ekonomi global
Krisis global ini dikenal sebagai Depresi Dunia atau Great Depression. Krisis ini berawal ketika ekonomi AS berubah drastis pada 1929 saat bank-bank di AS kesulitan modal akibat nasabah memindahkan tabungan mereka ke pasar saham yang berpusat di New York.
Dampaknya sampai ke Hindia Belanda. Banyak perusahan dan perkebunan di Hindia Belanda yang bangkrut dan gulung tikar, terutama di Jawa dan Sumatera.
2. Wabah dan penyakit di Nusantara
Sepanjang 1910-1936, puluhan ribu orang di Pulau Jawa meninggal karena wabah penyakit pes. Lalu ada flu spanyol atau influenza yang menyebar tak hanya di Jawa tapi juga di Hindia Belanda bagian timur.
Kondisi wabah seperti itu semakin parah dengan kondisi ekonomi akibat pengaruh dari Depresi Dunia.
3.Perang Dunia II
Meski bukan pemain utama, masyarakat di Hindia Belanda juga merasakan dampak Perang Dunia II. Perang Dunia II adalah perang besar yang melibatkan blok sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dan Uni Soviet melawan blok sentral beranggotakan Jerman, Italia, Jepang, dan negara lainnya.
4. Belanda menyerah kepada Jepang
Pada 1942, Jepang mendarat di Hindia Belanda. Belanda juga mengakui kekalahannya melalui Perjanjian Kalijati di Subang, Jawa Barat.