Baru Sekitar 20 Persen Masyarakat Indonesia Melek Keuangan

Agus Surono

Editor

Baru Sekitar 20 Persen Masyarakat Indonesia Melek Keuangan
Baru Sekitar 20 Persen Masyarakat Indonesia Melek Keuangan

Intisari-Online.com - Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Manulife menemukan hasil bahwa kepercayaan diri masyarakat tidak didukung dengan keputusan investasi yang tepat karena minimnya pengetahuan keuangan.

Kepercayaan diri investor Indonesia juga tercermin pada pandangan mereka mengenai investasi pada umumnya. Berdasarkan temuan Manulife Investor Sentiment Index, sentimen positif terhadap investasi meningkat 9 poin, menjadi 57 poin. Hal ini menjadikan Indonesia negara kedua paling optimis setelah Filipina, dan jauh lebih tinggi dari rata-rata di Asia yang hanya 24 poin.

Sayangnya, walaupun punya sentimen positif, masyarakat Indonesia masih enggan berinvestasi pada berbagai kendaraan investasi yang tersedia di pasar. Mereka mengabaikan produk-produk pasar modal yang sebenarnya memberikan imbal hasil lebih baik, seperti saham, pendapatan tetap, dan reksadana. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih memilih instrumen investasi tradisional seperti tabungan dan kepemilikan rumah.

“Sentimen investor ritel terhadap saham dan pendapatan tetap menunjukkan peningkatan, yang kami lihat sebagai dampak dari sentimen positif atas pemilu presiden yang baru saja berlangsung,” ujar Putut Endro Andanawarih, Director of Business Development, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.

“Kedepan, kami memperkirakan investor akan memperhatikan pemerintahan yang baru dengan sungguh-sungguh untuk melihat bagaimana pemerintahan baru ini merespon isu-isu seputar pengurangan subsidi energi dan meningkatkan belanja infrastruktur. Dengan asumsi situasi politik berjalan dengan mulus, kami melihat kondisi ekonomi saat ini mendukung harga-harga aset.” Putut menambahkan,

“Kami melihat manfaat dari meningkatkan eksposur terhadap saham dan pendapatan tetap dibandingkan dengan dana tunai. Walaupun begitu, kami mengerti bahwa sebagian masyarakat Indonesia mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk mengikuti perkembangan pasar. Dalam hal ini, reksa dana yang dikelola secara profesional dapat menjadi pilihan yang nyaman dan terjangkau bagi setiap individu.

Tingkat melek produk keuangan masyarakat Indonesia memang masih memperihatinkan. Menurut riset yang dilakukan Otoristas Jasa Keuangan (OJK), saat ini indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8 persen. Artinya, dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 52 juta jiwa saja yang benar-benar paham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan.

Dari enam produk keuangan yang tersedia, baru bank yang cukup dikenal masyarakat (57,28 persen). Hasil riset OJK juga menunjukkan, tingkat pemahaman paling rendah terdapat di pasar modal, yakni hanya 0,11 persen. Sisanya hampir merata di sektor perasuransian (11,81 persen), lembaga pembiayaan (6,33 persen), pergadaian (5,04 persen), dana pensiun (1,53 persen).

Menurut Agus Sugiarto, Direktur Literasi dan Informasi OJK, belum meratanya tingkat literasi keuangan masyarakat menjadi penyebab belum meratanya tingkat utilitas keuangan. “Survei OJK dan studi Manulife Investor Sentiment Index memiliki kesamaan dalam hasil analisis. Masyarakat masih memilih pola tradisional dalam menyimpan uang. Mereka masih memilih untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tunai. Rendahnya tingkat utilitas dana pensiun ditengarai karena tingkat literasi dana pensiun juga masih rendah. Kesadaran masyarakat terhadap perlunya perencanaan pensiun juga masih rendah yang tercermin dari separuh responden yang tidak memiliki perencanaan masa pensiun,” papar Agus.

Bagaimana dengan Anda? Sudah mulai berinvestasi di kendaraan selain tabungan?