Intisari-Online.com -Nama Douwes Dekker dikenal dengan karyanya yakni buku "Max Havelaar" dan sebagai salah satu tokoh Tiga Serangkai.
Namun, penulis "Max Havelaar" dan tokoh sang Tiga Serangkai adalah dua Douwes Dekker yang berbeda.
Ada dua tokoh dengan nama Douwes Dekker dalam sejarah Indonesia, Eduard Douwes Dekker dan Ernest Douwes Dekker.
Keduanya masih memiliki hubungan darah dan sama-sama menorehkan catatan dalam sejarah Indonesia.
Eduard Douwes Dekker
Lebih dikenal dengan nama pena yakni Multatuli.
Dia lahir di Amsterdam, Belanda, pada 2 Maret 1820 dan merupakan orang asli Belanda.
Nama pena Multatuli diambil dari bahasa Latin yang bermakna 'banyak yang sudah aku derita'.
Karyanya yang terkenal ialah "Max Havelaar" yang berisi tentang kritik terhadap perilaku buruk yang dilakukan oleh Belanda kepada rakyat Indonesia.
Buku yang diterbitkan tahun 1860 itu menimbulkan kegemparan, khususnya di kalangan masyarakat dari negaranya, yaitu Belanda.
Eduard Douwes Dekker meninggal dunia di Ingelheim am Rhein, Jerman, tanggal 19 Februari 1887.
Ernest Douwes Dekker
Memiliki nama asli Ernest François Eugène Douwes Dekker atau sering ditulis EFE Douwes Dekker.
Ia juga dikenal dengan nama Indonesia yakni Danudirja Setiabudi. Dia lahir di Pasuruan (Jawa Timur) pada 8 Oktober 1879 dan meninggal dunia di Bandung tanggal 28 Agustus 1950.
Ayahnya merupakan seorang keturunan Belanda bernama Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan ibunya bernama Louisa Margaretha Neumann (keturunan Jerman dan Jawa).
Ernest Douwes Dekker masih keponakan Edwuard Douwes Dekker.
Ia dikenal sebagai tokoh Tiga Serangkai bersama Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.
Ketiganya mendirikan Indische Partij yang merupakan partai pertama yang ada untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan bertujuan untuk membangunkan sikap patriotisme bangsa Indonesia.
Selain itu, Ernest Douwes Dekker ini adalah penggagas nama “Nusantara” untuk pengganti nama Hindia Belanda.
Baca Juga: Menginspirasi Film They Who Dare, Begini Sejarah Operasi Anglo saat Perang Dunia II
(*)