Intisari-Online.com - Bagi sebagian orang, asuransi sudah menjadi kebutuhan. Asuransi tersebut dapat membuat hidup seseorang mmiliki perlindungan. Tapi, buat sebagian lainnya, asuransi bukan suatu yang mutlak.
Di Indonesia, dikenal beberapa jenis produk asuransi jiwa, di antaranya asuransi jiwa berjangka alias term life insurance dan asuransi seumur hidup atawa whole life.
Asuransi term life adalah jenis asuransi yang memiliki jangka waktu tertentu, mulai satu tahun, lima tahun, sampai 20 tahun. Bila sudah habis jangka waktunya dan tidak terjadi risiko yang ditanggung, maka tertanggung tidak akan mendapatkan kembali premi yang telah dibayarkan.
Jangka waktu asuransi term life bisa hanya sekejap, tapi bisa juga mencapai puluhan tahun. Yang sebentar, contohnya asuransi perjalanan pesawat. Sementara yang lama, misalnya asuransi rumah. Siapa yang cocok dengan polis ini? Pertama, calon pemegang polis yang ingin memproteksi masa depan anaknya. Kedua, calon pemegang polis yang baru meniti karier.
CEO One Shildt Personal Financial Planning Budi Raharjo menyebutkan, asuransi term life dibutuhkan jika seseorang memiliki anggaran terbatas untuk membayar premi tapi ingin mendapatkan manfaat uang pertanggungan yang tinggi. “Karena sifatnya yang tidak memiliki nilai tunai, maka ketika kewajiban premi tidak dibayarkan, otomatis perlindungan asuransi menjadi hilang,” jelasnya. Selain itu, perbedaan mendasar term life dengan asuransi jiwa lain adalah tidak adanya fitur tabungan.
Kedua, asuransi whole life merupakan jenis asuransi yang memiliki sisi sebagai tabungan, dan masanya lebih lama ketimbang jenis lainnya. Selain risiko, asuransi whole life juga akan membayarkan uang premi yang diberikan jika masa pertanggungan telah habis. “Asuransi whole life sesuai untuk individu yang ingin mendapatkan dua manfaat yakni tabungan dan proteksi seumur hidup,” papar Budi.
Mereka yang cocok memegang polis asuransi whole life adalah yang membutuhkan proteksi jiwa sekaligus menghasilkan dana tabungan yang bisa dipakai untuk kebutuhan darurat, kemudian proteksi penghasilan permanen (biaya tagihan rumahsakit), dan yang ingin mendapat sejumlah pertumbuhan modal investasinya.
Secara umum, Prita menilai, asuransi whole-life lebih mahal dibandingkan term-life. Hal ini diakibatkan jangka waktu perlindunan yang lebih panjang, disertai juga dengan adanya porsi tabungan di dalamnya. Apabila tidak cermat dalam berhitung, bisa jadi jangka waktu asuransi yang dipilih tidak tepat karena terlalu pendek. “Untuk whole-life, manfaat nilai tabungan yang didapat hanya memberi imbal hasil setara tabungan biasa. Jadi, tidak bisa dikombinasikan untuk investasi,” jelasnya.(Kontan)