Intisari-Online.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog di Rutgers University menemukan bahwa seseorang yang membohongi dirinya sendiri dengan berpura-pura tegar atau kuat secara mental memiliki kemungkinan untuk menderita. Bagaimana kita tahu bahwa kita hanya berpura-pura? Berikut tujuh tandanya
1. Menutup-nutupi rasa ketidakamanan
Orang-orang yang sering merasa “insecure” ternyata banyak menyimpan keraguan dalam diri. Daripada menutup-nutupi rasa ketidakamanan tersebut, investasikan waktu untuk memperbaiki diri. Cari tahu apa yang menjadi masalah dalam diri dan berusahalah jadi lebih baik.
2. Menganggap kegagalan bukanlah suatu pilihan
Memiliki anggapan seperti ini nyatanya tidak akan mencegah kita dari kegagalan. Ini hanya akan mencegah upaya kita untuk terus mencoba. Orang-orang yang berpura-pura sulit untuk keluar dari zona nyaman dan memamerkan apa yang mereka sudah miliki tanpa mencoba mempelajari hal baru.
3. Terlalu memikirkan perkataan orang
Orang-orang yang berpura-pura sangat mempedulikan penampilan mereka. Sehingga mereka selalu bergantung pada perkataan orang lain. Baiknya tidak usah terlalu mengkhawatirkan perkataan orang, kalaupun ada yang harus dibuktikan maka pembuktian itu cukup untuk diri sendiri saja.
4. Menahan emosi
Seringkali, orang-orang yang berpura-pura sulit untuk mengekspresikan amarahnya. Mereka juga menyembunyikan kesedihan mereka, rasa takut, dan kegembiraan dari orang lain. Meluapkan emosi adalah sebuah kewajaran selama tidak melewati batas dan melukai orang lain.
5. Menyangkal rasa sakit
Orang-orang yang menutupi rasa sakitnya menjadikan hal ini sebagai bentuk perbuatan untuk mengesankan orang lain. Mereka bahkan menolak untuk mengakui cedera yang menimbulkan rasa sakit. Tentu saja hal ini bukan hal yang menarik untuk dilakukan.
6. Berpikir bisa melakukan semuanya.
Orang-orang yang berpura-pura kerapkali melebih-lebihkan kemampuan mereka dan mengabaikan kerangka kerja untuk mencapai tujuan.
7. Pengontrol orang lain
Orang-orang yang berpura-pura juga memiliki perasaan seperti berkuasa atas orang lain. Mereka ingin dianggap sebagai "pengendali," dan mereka sering membuat tuntutan yang tidak masuk akal.
(Amy Morin/ Psychology Today)