7 Mitos yang Salah Tentang Kemarahan

Tika Anggreni Purba

Editor

7 Mitos yang Salah Tentang Kemarahan
7 Mitos yang Salah Tentang Kemarahan

Intisari-Online.com – Amarah adalah salah satu emosi yang sangat kuat dan paling sering disalahpahami. Seringkali kita salah memahami tentang kemarahan hingga membawa kita pada perilaku yang tidak benar. Berikut 7 mitos mengenai kemarahan yang perlu kita pahami:

* Marah adalah emosi negatif

Saat marah, kita mengalami perasaan yang sangat buruk. Tapi marah adalah emosi yang normal dan sehat. Sebenarnya, banyak hal baik yang terjadi saat kita marah, bahkan rasa marah bisa memimpin kita pada perubahan yang positif. Banyak ketidakadilan-ketidakadilan justru semakin baik setelah ada kemarahan. Coba bayangkan kalau Ahok tidak pernah marah?

* Ketika marah, semua bertumpuk di kepala

Marah tidak hanya berasal dari pikiran. Coba pikirkan kapan terakhir kita marah. Saat itu pasti detak jantung bertambah, wajah kita memerah, dan tangan kita sedikit bergetar. Itu semua terjadi karena kemarahan dan bisa jadi berakhir pada perilaku ingin merusak apa saja yang ada di sekitar kita. Belajar untuk merilekskan tubuh dan pikiran ketika marah melanda.

* Meluapkan kemarahan secara tersembunyi

Memukul bantal, memberantaki barang-barang di kamar, atau berteriak kencang saat marah sebenarnya tidak sepenuhnya meluapkan kemarahan Anda. Faktanya, penelitian membuktikan bahwa meluapkan kemarahan dengan cara-cara tadi malah membuat Anda semakin merasa buruk.

* Manajemen kemarahan tidak akan berguna

Jika seseorang lemah dalam memanajemen kemarahan mereka, emosi mereka bisa menyebabkan berbagai masalah dalam hidup. Banyak kesulitan dalam sebuah hubungan, karir, dan pergaulan disebabkan karena ekspresi marah yang tak sehat. Kelas manajemen emosi marah dan terapi kemarahan adalah sebuah alat yang bisa membantu untuk mengurangi ‘karakter pemarah”.

* Menolak kemarahan dan membiarkannya hilang begitu saja

Saat kita menahan amarah, itu tidaklah sehat. Tersenyum untuk menutupi rasa frustasi dan menolak rasa marah dengan tujuan ‘tidak ingin ribut’ justru bisa membuat Anda semakin marah di kemudian hari. Selain itu, menahan marah bisa meningkatkan risiko hipertensi dan depresi.

* Laki-laki lebih mudah marah dari perempuan

Penelitian membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kadar amarah yang sama, tidak ada beda satu sama lainnya. Hanya saja amarah itu diekspresikan dengan cara yang berbeda. Laki-laki mungkin melampiaskan kemarahan dengan lebih agresif, sedangkan perempuan lebih tenang, namun menghanyutkan.

Cara terbaik untuk menghadapi amarah pada diri adalah mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan membangun. Sebelum mengekspresikannya, Anda perlu mengerti perasaan Anda sendiri. Lihatlah bagaimana selama ini apa yang Anda lakukan ketika merasa frustasi, kecewa, dan marah. Sehingga Anda bisa mewanti-wanti emosi Anda, sebelum amarah itu meledak. Misalnya dengan menarik nafas untuk menenangkan tubuh dan pikiran Anda. Saat Anda lebih tenang, baru ambil langkah untuk menyelesaikan persoalan.

(Psychologytoday.com)