Intisari-Online.com – Kalau potensi akademis sangat mudah untuk dikenali dari prestasi sekolah, lalu bagaimana dengan potensi non akademis? Kecerdasan non akademis memang bisa diketahui melalui tes bakat. Tapi tahukah kita bahwa ternyata alat tes bakat sederhana yang bisa dipercaya adalah mainan anak?
Melakukan tes bakat pada anak melalui psikotes juga sah-sah saja. Hal tersebut justru membantu. Tapi orangtua perlu tahu, kalau anak-anak masih cenderung berubah-ubah bakatnya sebelum ia memasuki masa pubertas sekitar usia 12 tahun. Lalu bagaimana mengenali bakatnya sebelum usia 12 tahun jika tes bakat kurang relevan?
Nah, untuk usia dini, alat untuk mengenali bakat anak paling mudah dan sederhana adalah melalui mainan. Permainan apa yang disukai dan sering dimainkan anak bisa jadi salah satu indikator orang tua untuk mengenali bakat anak.
Contohnya saja, orang tua memberikan mainan alat musik pada anak atau anak memilih mainan musik ketimbang mainan lainnya. Pada saat bermain, orang tua bisa memperhatikan apakah si anak menonjol dalam permainan ini.
Biasanya jika anak berminat, akan cepat belajar dan asyik dengan mainan itu. Ia juga cenderung mau mengulang permainannya berkali-kali tanpa rasa bosan. Nah, di sini orang tua bisa memberi lebih banyak lagi jenis permainan musik agar semakin yakin.
Setelah itu, orangtua bisa melakukan stimulasi dan pengembangan berdasarkan tes sederhana melalui mainan tadi. Misalnya untuk anak yang memiliki minat dan bakat kinestetik, bermain sepak bola misalnya. Orang tua bisa memberikan stimulasi dengan memperkenalkan dunia sepak bola dan menyediakan arena bermain yang cukup luas untuknya. Atau untuk anak yang suka bermusik, coba arahkan untuk membuat mainan alat musik dari barang bekas di rumah.
Memberikan pilihan mainan (kecuali game) kepada anak dan memperhatikan kecenderungan mainan yang dipilihnya jadi poin pentingnya. Bermain memang wahana belajar paling baik bagi anak. Melalui mainan, anak-anak juga jadi lebih aktif sehingga kemampuan motoriknya pun lebih berkembang.