Intisari-Online.com —Kapan terakhir kali Anda merasa kecewa? Entah itu kepada keluarga, sahabat, rekan kerja, bahkan kecewa pada diri sendiri? Kapanpun itu, bukanlah hal yang bijak jika menyimpan kekecewaan terus-menerus. Anda harus mengambil langkah untuk segera bangkit dan mengatasi kekecewaan itu.
Kekecewaan merupakan salah satu risiko saat kita berkeputusan untuk memiliki hubungan yang erat dengan orang lain. Kemungkinan adanya pengkhianatan dan kesalahan pasti ada dalam sebuah hubungan. Sehingga kekecewaan tidak terelakkan ketika hal itu terjadi dan mungkin sulit rasanyan untuk mengatasi kekecewaan itu.
“Bisakah saya kembali percaya padanya?” selalu muncul dalam benak. Anda merasa marah, namun merasa tidak berhak juga untuk marah. Kadang-kadang inilah yang paling sering terjadi dalam kekecewaan. Berikut saran terbaik dari psikolog yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kekecewaan:
1. Apakah Anda mengerti situasi tersebut secara utuh?
Banyak prinsip psikologi yang membuktikan kadang-kadang kita salah paham dalam menginterpretasikan perilaku dan tindakan orang lain.Sering kali, orang menilai bahkan cenderung men-jugde karakter seseorang hanya dari ‘melihat’ tanpa ‘mengenali’.
Ketika diperhadapkan dalam sebuah konflik, cobalah berpikir lebih jernih, apakah orang yang mengecewakan Anda benar-benar orang yang mengecewakan atau sebenarnya ia secara kebetulan, pada waktu itu, melakukan ‘tindakan’ yang mengecewakan. Sewajarnya, kita harus belajar untuk kecewa dan membenci ‘kesalahan’ orang itu, bukan orangnya.
2. Bisakah saya berempati padanya?
Kita akui bahwa orang yang melakukan kesalahan yang fatal memang sangat mengecewakan. Hal itu membuat kita menilai ada yang salah dalam karakternya. Tapi dalam kesalahan itu, masih adakah kemungkinan Anda berempati padanya? Siapa tahu ia sedang menghadapi kesulitan yang melatarbelakangi perilakunya. Entah itu depresi, stres, bahkan persoalan kesehatan fisik. Masih bisakah Anda memposisikan diri seandainya Anda berada di posisinya?
Berempati bukan berarti kompromi, namun ketika kita membuka hati untuk berempati, kemungkinan besar kekecewaan bisa teratasi. Semakin Anda terhubung secara emosional dengan orang yang mengecewakan, semakin mudah Anda melihat sebuah keadaan dengan cara pandang yang lebih luas.
3. Mungkinkah saya berpikir terlalu berlebihan?
Jangan munafik, ada kalanya kita bereaksi berlebihan terhadap sebuah konflik. Sebelum kecewa begitu dalam, coba tanyakan pada diri Anda sendiri. Pernahkah saya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya namun hanya Anda sendiri saja yang tahu? Apakah saya sedang merasa bahwa saya lebih baik dari pada dia?
Tidak bisa dipungkiri, kita sering merasa lebih benar dari orang lain. Memang lebih mudah untuk mempercayai karma ketimbang mempercayai bahwa kadang-kadang sesuatu yang tidak adil dan tak terduga memang bisa saja terjadi dalam kehidupan manusia. Karena itu, sebelum kecewa terlalu dalam, penting untuk introspeksi diri terlebih dahulu. Introspeksi harus mendahului justifikasi.
4. Masih adakah kemungkinan ia memperbaiki kesalahan?
Sebenarnya, jalan untuk berdamai dengan orang lain yang mengecewakan itu sangat sederhana. Anda hanya menginginkan permintaan maaf dan pertanggungjawaban yang jelas dari orang yang menyakiti Anda. Benar kan?
Kadang-kadang permintaan maaf terasa tidak berarti karena Anda berharap ia melakukan hal yang lebih dari sekadar ‘kata maaf’. Terkadang kita juga berharap agar dia menjamin dirinya tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Cobalah pikirkan hal ini baik-baik apa yang sebenarnya Anda harapkan dari orang yang mengecewakan Anda. Jangan-jangan hati Anda sedang berpikir untuk membalas dendam.
5. Sepertinya saya membutuhkan waktu untuk pulih
Ya, itu benar! Sangat dimengerti jika Anda membutuhkan waktu untuk pulih dari rasa kecewa. Bahkan mungkin Anda perlu waktu untuk menjauh dari orang tersebut untuk mengatur kembali emosi dan perasaan Anda yang sedang kecewa.
Namun, Anda perlu tahu. Jangan jadikan proses ini sebagai cara untuk menyakiti orang itu kembali. Anda menghindar, menolak, dan mengabaikannya. Cara terbaik untuk lepas dari kekecewaan malah melakukan konfrotasi dengan jelas dan tegas di depannya. Katakan padanya jika Anda membutuhkan waktu untuk berpikir dan Anda belum siap untuk berbicara dengannya dalam waktu dekat.
(Psychologytoday.com)