Kedatangan 'Satria Piningit' Ditandai oleh Kekacau-balauan Peradaban

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi) Prabu Jayabaya adalah seorang raja sekaligus pujangga legendaris, menulis ramalan Jangka Jayabaya.
(Ilustrasi) Prabu Jayabaya adalah seorang raja sekaligus pujangga legendaris, menulis ramalan Jangka Jayabaya.

Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mendengar ramalan Jangka Baya?

Ramalan tersebut ditulis oleh Prabu Jayabaya yang merupakan seorang raja sekaligus pujangga legendaris.

Jayabaya sendiri berkuasa antara tahun 1135-1159.

Para masa pemerintahannya, ia berhasil membawa Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaaan.

Dalam ramalannya, Raja Kediri itu salah satunya menyebutkan beberapa ciri, sifat dan karakter Satria Piningit sang Ratu Adil yang bakal memimpin negara.

Menurut ramalan Jayabaya, simbol kemunculan satria piningit ditandai beberapa tahap dari suatu peristiwa diantaranya; senapati, bajanegara, dan natanegara.

Pertama, pada simbol senapati terdapat kejadian berupa bencana alam yang menewaskan banyak orang.

Kedua, simbol bajanegara, menggambarkan bahwa ksatria sang ratu adil dapat mengatasi masalah itu.

Ketiga, pada simbol natanegara, menjalin relasi dengan para leluhur sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup Negara.

Satria piningit sang ratu adil dapat memperbaiki peradaban yang kacau.

Salah satunya dilakukan dengan mengganti tatanan Negara lama dengan yang baru disebabkan karena yang lama cenderung menguntungkan pihak penguasa dan justru merugikan rakyat.

Pemimpin tersebut menggunakan 4 elemen dari alam sebagai senjata:

1. Air untuk meneggelamkan lawan-lawannya.

2. Api untuk menghanguskan keangkaramurkaan.

3. Tanah untuk mengubur para musuh.

4Langit sebagai perisai atau pelindung.

Secara harfiah Satria Piningit itu sendiri diartikan ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman.

Secara substansial, Ksatria itu adalah karakter atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin, sedangkan Piningit masih dipingit atau dirahasiakan dalam hal ini dimaksudkan oleh zaman.

Oleh sebab itu, masyarakat hanya bisa berasumsi dan menduga-duga atau menafsir istilah tersebut.

Demikian halnya, Ratu Adil secara harfiah dapat diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.

Gabungan dari kedua istilah itu kemudian muncul istilah satria piningit sinisihan wahyu ratu adil yang juga mencerminkan karakter seorang pemimpin.

Dari ciri, sifat dan karakter yang disebutkan lebih merujuk kepada model kepemimpinan dari suatu Negara yang pemimpinnya mampu menegakkan keadilan.

Merujuk pada dokumen lain misalnya dalam kitab Musarar hasil gubahan Sunan Giri Prapen (bait.159) yang juga bersumber dari jangka Jayabaya.

Kitab Musarar adalah konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil dan makmur sebagai penggambaran sosok Ratu Adil.

Demikian halnya dalam penggambaran kehadiran Satrio Piningit (satria penolong tersembunyi) ditandai munculnya Ratu Adil.

(Sumber:Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Volume 21 No 1 April 2021)

Baca Juga: Bukti Peninggalan Kerajaan Kediri: Prasasti, Candi, hingga Kitab

(*)

Artikel Terkait