Intisari-Online.com- Tidak bisa menghasilkan keturunan karena masalah kesuburan bisa membuat pasangan suami istri sedih dan stres. Namun ternyata ada hal lain yang mampu membuat keduanya lebih tertekan. Yaitu ketika para penderita infertilitas (penyakit kemandulan) ini mengikuti perawatan kesuburan.
Dari data The National Association Infertility di Amerika Serikat, satu dari delapan pasangan tidak dapat memiliki anak. Berangkat dari sana, sebuah penelitian yang dilakukan di lima klinik kesuburan di California, Amerika Serikat, ditemukan bahwa setengah wanita dan sepertiga pria memiliki gejala depresi. Bahkan 76 persen wanita dan 61 persen pria memiliki gangguan kecemasan.
Peneliti Lauri Paskah berkata penderta infertilitas sering merasa tertekan. Harusnya ada profesional yang menangani kebutuhan emosional mereka. “Mereka seperti menghadapi pekerjaan yang mengerikan,” kata Paskah.
Menurut Dr. Brooke Hoder-Wertz, dari Langone Fertility Center New York, klinik harus memerhatikan penderita. Dimulai dari cara pengobatannya sampai ruangannya. “Klinik harus juga berusaha supaya setiap pasangan tidak menyerah untuk mendapatkan anak,” kata Dr. Brooke.
Dari 352 wanita dan 274 pria yang diwawancarai dalam penelitian berkata hanya 27 persen wanita dan 24 persen pria yang memberitahu kliniknya menawarkan layanan kesehatan mental. Artinya lebih dari 70 persen klinik tidak menawarkan layanan kesehatan mental kepada penderita infertilitas.
Karenanya hanya 21 persen wanita dan 11 persen pria yang mengikuti jenis terapi kesehatan mental. Tapi yang disyukuri Dr. Brooke adalah jumlah persenan itu naik daripada tahun lalu. “Ini lebih baik, walau masih kecil. Setidaknya kami telah membuat kemajuan,” terang Dr. Brooke.
Untuk saat ini, Paskah hanya memiliki sara bagi penderita infertilitas untuk lebih aktif bertanya kepada dokternya. Jangan cuman main menerima saja. Tanyakan layanan apa yang ada dalam klinik yang Anda datangi.