Intisari-Online.com -Aksi main hakim sendiri yang dilakukan warga Pondok Aren, Tangerang Selatan, terhadap pelaku begal tengah menjadi perbincangan hangat. Kriminolog Universitas Indonesia, Muhammad Mustafa, menyebut, aksi main hakim sendiri akibat warga sudah tidak percaha polisi.
Ketidakpercayaan yang sendang memuncak, menurutnya, membuat warga cenderung mengambil-alih penegakan hukum. Saat penghakiman, aksi warga terkesan sadis bahkan sampai melakukan pembakaran kepada pelaku. “Warga yang terlibat dalam penghakiman massa bisa jadi orang yang selama ini tidak suka melakukan kekerasan,” tutur Mustofa kepada wartawan Tribunnews.com.
Mustafa juga menekankan, pemerintah daerah harus memastikan ketersediaan fasilitas keamanan dan kenyamanan untuk warganya. Minimal adalah lampu penerangan jalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, saat kejadian yang terjadi pada Selasa (24/2), sekira pukul 01.00 WIB, korban yang bernama Wahyu Hidayat, 22 tahun, yang memboncengi Sri Astriani, 20 tahun, mengendarai Honda Beat Nopol B-6878-WHO. Saat itu korban ingin pulang sehabis membeli makan malam.
Dalam perjalanan, korban diikuti dua sepeda motor yang dikendarai empat orang. Keempat pelaku langsung menghadang korban sambil mengacungkan senjata tajam jenis samurai. Kedua korban diperintahkan untuk berhenti, namun samurai tersebut dirampas oleh korban, Sri, hingga salah satu pelaku yang memegang samurai terjatuh. Korban berteriak dan didengar warga sekitar yang kemudian mengepung pelaku.
Satu tersangka tertangkap dan tiga melarikan diri. Orang yang tertangkap kemudian dihakim sendiri dan berakibat tewasnya pelaku. “Mereka melakukan itu sebab dihadapkan situasi problematis karena ketidakpercayaan kepada polisi. Ya, warga sudah tidak percaya polisi,” tukas Mustafa. (Tribunnews.com)