Bukan Indonesia, Justru Dua Negara Asia Tenggara Ini Akan Merugi Hebat Akibat Resesi Global

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Resesi
Ilustrasi - Resesi

Intisari-online.com - Asia tidak akan lolos tanpa cedera jika AS jatuh ke dalam resesi, tetapi beberapa negara di Asia Tenggara akan lebih terpukul daripada yang lain, para ekonom memperingatkan.

Tarik menarik antara inflasi dan resesi di Amerika Serikat berlanjut karena Federal Reserve tetap pada sikap hawkish pada kenaikan suku bunga.

AS telah melaporkan dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif dalam dua kuartal pertama tahun 2022 yang oleh sebagian orang dianggap sebagai resesi teknis.

Namun, ada sedikit konsensus tentang kapan resesi besar-besaran mungkin terjadi.

Menurut para ekonom yang dikutip dariCNBC bahwa di antara negara-negara di Asia Tenggara.

Singapura dan Thailand kemungkinan besar akan menjadi yang pertama terkena dampak jika AS menuju resesi.

1. Singapura

"Singapura lebih rentan terhadap resesi AS dibandingkan dengan rekan-rekan regionalnya karena sangat, sangat tergantung," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank.

"Saya menduga Singapura akan menjadi yang pertama," katanya ketika ditanya ekonomi mana di Asia Tenggara yang akan terkena lebih dulu jika AS jatuh ke dalam resesi.

"Negara pulau itu kemungkinan akan menjadi yang pertama karena ketergantungan ekspornya dan ekonominya yang kecil dan terbuka," kata Chua.

Selena Ling, kepala ekonom di OCBC Bank setuju dengan analisis itu.

"Pada pandangan pertama, saya menduga ekonomi Asia yang lebih terbuka dan bergantung pada perdagangan seperti (Singapura), Taiwan dan Korea Selatan dan mungkin Thailand akan menjadi tersangka biasa," katanya.

Pertumbuhan PDB di negara itu secara historis lebih berkorelasi dengan siklus bisnis AS karena ekonominya yang berorientasi ekspor, kata Maybank dalam laporan akhir Agustus.

Singapura tidak memiliki banyak pasar domestik dan sangat bergantung pada layanan perdagangan untuk pertumbuhan ekonomi, jelas Chua.

Ini termasuk kegiatan pengiriman dan operasi kargo.

Rasio perdagangan terhadap PDB negara itu untuk tahun 2021 adalah 338%, menurut Bank Dunia.

Rasio perdagangan terhadap PDB merupakan indikator seberapa terbuka suatu perekonomian terhadap perdagangan internasional.

"Korelasi dan ketergantungan Singapura pada permintaan eksternal sangat tinggi," kata Chua.

Jika AS tergelincir ke dalam resesi, "ketergantungan dan kausalitas" itu akan menghantam ekonomi yang lebih berorientasi ekspor, tambahnya.

Singapura sangat terhubung dengan seluruh dunia dan gelombang kejut di negara mana pun pasti akan memiliki efek riak di seluruh kota, Irvin Seah, ekonom senior dari DBS Group Research dikutip dariCNBC.

Namun, dia tidak mengharapkan Singapura jatuh ke dalam resesi tahun ini atau tahun depan.

Laporan Maybank mengatakan bahwa jika AS menuju ke dalam resesi, penurunan itu cenderung dangkal.

Namun, Chua mengatakan AS mungkin bisa menghadapi resesi berkepanjangan dan apakah Singapura juga menuju resesi yang berkepanjangan atau tidak akan tergantung pada pembukaan kembali Covid karena China adalah mitra dagang terbesar negara kota itu.

2. Thailand

Thailand juga akan menjadi salah satu yang pertama terkena dampak jika AS jatuh ke dalam resesi, prediksi para ekonomdikutip dariCNBC.

Negara ini sangat bergantung pada pariwisata untuk pertumbuhan ekonominya. Pengeluaran turis menyumbang sekitar 11% dari PDB Thailand pada 2019 sebelum pandemi.

Negara itu menyambut hampir 40 juta pengunjung tahun itu dan menghasilkan pendapatan lebih dari 60 miliar dollar AS, menurut data Bank Dunia.

Hanya ada sekitar 428.000 kedatangan turis asing pada tahun 2021, dan ekonominya hanya tumbuh 1,5% salah satu yang paling lambat di Asia Tenggara, menurut Reuters.

Thailand bisa menjadi yang berikutnya jatuh ke dalam resesi setelah Singapura, menurut Chua.

"Turis China belum kembali ke negara Asia Tenggara dan itu telah membuat ekonomi Thailand dalam kondisi yang bahkan lebih genting," kata Seah dari Bank DBS.

"Selama turis China tidak kembali, Thailand akan terus berjuang. Pertumbuhan lemah, inflasi tinggi, dan baht Thailand berada di bawah tekanan," katanya.

Baht Thailand saat ini berada di sekitar 36 baht per dolar AS, dan turun 20% dibandingkan dengan tiga tahun lalu, sebelum pandemi.

Tingkat inflasi Thailand mencapai tertinggi 14 tahun sebesar 7,66% pada bulan Juni , menurut data Refinitiv.

Bank of Thailand sejauh ini hanya menaikkan suku bunga sekali sejak 2018.

"Inflasi utama di Thailand sangat tinggi, tetapi inflasi inti tidak setinggi itu, korelasinya tidak setinggi itu. Tentu saja pertumbuhan jauh lebih lemah, sehingga mereka tidak merasakan urgensi untuk melakukan pengetatan secara agresif," kata Chua dari Maybank.

Dia menunjukkan bahwa Indonesia dan Filipina kemungkinan tidak akan terlalu terpengaruh oleh potensi resesi AS karena ekonomi berorientasi domestik mereka.

"Indonesia dan Filipina telah lebih terlindungi dari perlambatan permintaan eksternal dan resesi AS, dengan kedua ekonomi terus berkembang bahkan pada 2008/09 selama krisis keuangan global," kata laporan Maybank.

Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan PDB di Indonesia dan Filipina lebih tinggi dibandingkan Singapura dan Thailand selama krisis keuangan global 2008-2009.

Baca Juga: Sisi Kelam Keluarga Kerajaan Arab yang Nyaris Tak Diketahui: 'Kisah Pesawat Pengakut Narkoba Pangeran Arab'

Artikel Terkait