Like Attack: Melawan ISIS dengan Jempol Biru ala Facebook

Moh. Habib Asyhad

Editor

Like Attack: Melawan ISIS dengan Jempol Biru ala Facebook
Like Attack: Melawan ISIS dengan Jempol Biru ala Facebook

Intisari-Online.com -Melawan ISIS tidak melulu harus dengan kekerasan fisik. Belum lama, Facebook mengeluarkan porgram melawan ISIS dengan jempol biru (tombol like) yang disebutnya dengan “Like Attack”.

Sheryl Sandberg, Chief Operating Officer Facebook, dalam acara bertajuk World Economic Forum di Devos, Swiss, mengatakan, serangan jempol biru ini bertujuan untuk membanjiri akun-akun terkait ISIS dengan like dan komentar positif yang berlawanan dengan posting bernada negatif.

Kampanye ini, menurut Sandberg, berkaca kepada kasus halaman Facebook yang mendukung partai neo-Nazi di Jerman. Alih-alih menghujat dan menyebarkan pesan negatif, ratusan ribut pengguna Facebook di negara itu dengan sengaja justru memberikan Like dan komentar-komentar positif. Alhasil, ketika laman posting itu kembali dibuka, kesan yang ditimbulkan telah berbalik.

“Apa yang tadinya (halaman Facebook) dipenuhi dengan pesan kebencian dan intoleransi, kini menjadi penuh toleransi dan menyebarkan harapan,” ujarnya seperti dilansir dari The Guardian.

Ia lalu mengatakan kampanye tersebut juga bisa dicoba untuk melawan ISIS di Facebook. “Cara terbaik untuk melawan perekrut ISIS di Facebook adalah suara perekrut itu sendiri, yang kemudian sadar akan kesalahannya dan kembali untuk berbagi cerita yang sebenarnya.”

Sandberg juga menegaskan, melawan penyebaran pesan kebencian dengan pesan positif adalah cara yang terbaik saat ini.

Sementara itu, pejabat-pejabat tinggi AS juga meminta Sandberg untuk memodifikasi tools Facebook yang bisa mencegah upaya bunuh diri, untuk melawan penyebaran pesan radikalisme lewat Facebook.

Perlu diketahui, saat ini pengguna Facebook bisa menandai (flag) teman yang dicurigai akan melakukan upaya bunuh diri, saat mereka melihat posting yang menjurus ke upaya tersebut. Eksekutif di bidang teknologi dari AS kemudian berdiskusi apakah sistem yang sama juga bisa dipakai untuk melawan penyebaran ajaran radikalisme dan terorisme atau tidak.(Kompas.com)