Intisari-online.com - Konfrontasi militer antara Rusia dan Ukraina, telah berlangsung 6 bulan.
Namun, tidak jelas diketahui kapan perang tersebut akan segera berakhir, karena hingga kini belum ada tanda-tanda genjatan senjata.
Namun, kesudahan dalam konflik Ukraina akan segera datang, seperti dikutip dari RT, Kamis (1/9/22).
Hal ini diperkirakan oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, ia menuduh bahwa ada ketegangan yang muncul antara angkatan bersenjata negara itu dan kepemimpinan sipilnya.
Berbicara pada hari Kamis (1/9) selama kelas virtual untuk semua sekolah dan mahasiswa Belarusia.
Lukashenko mengatakan bahwa "Ukraina sedang dibagi" dan bahwa "konflik sedang terjadi antara presiden dan militer."
Menurut pemimpin Belarusia itu, tentara Ukraina adalah satu-satunya kekuatan di negara itu.
Ia mengatakan, "mari kita bicara atau Ukraina akan dimusnahkan dari muka bumi.”
Lukashenko berpendapat bahwa militer negara itu, yang memiliki pengalaman langsung tentang apa yang sebenarnya terjadi di garis depan, "melihat bahwa itu tidak ada harapan."
Sementara itu, dia memperingatkan bahwa konflik di negara tetangga itu bisa berubah menjadi "konfrontasi paling mengerikan" yang melibatkan penggunaan senjata pemusnah massal.
Dia juga menyatakan bahwa Rusia tidak dapat menderita kekalahan di sana, menambahkan bahwa Minsk berdiri teguh dengan sekutunya, Moskow.
Lukashenko melanjutkan dengan menyebut orang-orang yang menggambarkan Rusia dan Belarusia sebagai agresor.
Dia berpendapat bahwa operasi militer Moskow bersifat pre-emptive, membantu mencegah serangan rudal Ukraina yang akan segera terjadi di wilayah selatan Belarus.
Termasuk terhadap pasukan Rusia yang belum ditarik dari negara itu setelah latihan militer.
Dia juga menuduh bahwa militer Rusia mengambil unit rudal Ukraina setengah jam sebelum Presiden Vladimir Putin mengumumkan dimulainya serangan Moskow pada akhir Februari.
Lukashenko menyarankan bahwa Barat, dan AS khususnya, berada di belakang persiapan untuk serangan yang direncanakan terhadap Belarus.
Dengan mengklaim bahwa 'kekuatan' itu masih akan melakukan segalanya untuk membuat Rusia bertekuk lutut.
"Dan Rusia tidak bisa berlutut," pungkasnya.
Sementara itu, diketahui Rusia adalah sekutu terpenting Belarusia.
Pada tahun 2020, Rusia membantu pemerintah Lukashenko menangani protes yang mengganggu stabilitas keamanan di Belarus.