Intisari-Online.com - Saudara laki-laki pelaku Bom Brussels, Mourad Laachraoui, akan mewakili taekwondo Belgia dalam ajang Olimpioade Rio de Janerio 2016 di Brasil, tahun ini. seperti dilansir dari Daily Mail, Mourad kabarnya akan diterbangkan dari bandara tempat saudara, Najim, meledakkan diri.
Mourad sendiri adalah juara taekwondo Eropa kelas 54 kg.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Jerman, Spiegel, Mourad mengungkapkan kesedihannya atas kematian Najim. Meski demikian, sebagai warganegara Belgia, ia bangga mewakili negaranya pada perhelatan akbar Olimpiade.
“Kami memiliki waktu yang sedikit ribet beberapa minggu terakhir—orangtua saya, dua adik saya, dan saya. Di masa lalu, ketika sesuatu yang buruk terjadi pada saya, saya selalu dapat melupakannya dengan cepat. Tapi kali ini berbeda. Itu tak terbayangkan oleh kami bahwa saudara saya bisa melakukan hal itu,” ujar Mourad.
Mourad hendak mengubah nama belakang keluarga, tapi itu bukan solusi yang benar. Bagaimanapun juga, itu adalah nama keluarga. Lebih dari itu, selalu ada perasaan aneh ketika singgah di bandara yang sempat porak-poranda oleh aksi saudaranya itu.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi. Benar, saya masih bersedih untuknya, dan saya belum bisa mengatasinya. Apa yang ia lakukan sungguh mengerikan, tapi saya sangat marah kepada orang yang menyuruhnya. Saya merindukannya sebagai saudara. Tapi aku tidak merindukan apa yang ia lakukan,” tegas Mourad.
Mouran dan Najim tumbuh bersama di Schaerbeek, Brussels, yang merupakan rumah bagi beberapa imigran Arab. Ayah mereka, yang berasal dari Maroko, sering mengajak mereka menonton film-film Bruce Lee dan Jackie Chan.
Ia tidak ingin anak-anaknya berkeliaran di jalanan. Oleh sebab itu, ia mengirim mereka ke pusat latihan taekwondo. “Olahraga itu mengasuh saya. Kau harus selalu tepat waktu, kau harus menghormati aturan, dan itu telah menjadi bagian dari hidup saya,” tutur Mourad.
Mourad, yang waktu itu masih 14 tahun, sudah sering ikut kejuaraan. Sementara Najim, yang empat tahun lebih tua, sudah jarang datang latihan. Ia disebut lebih banyak mendalami ajaran agama. Ia berhenti berjabat tangan dengan perempuan, mulai menumbuhkan jenggot, menghindari alkohol, dan terlihat lebih fundamental.
“Ia membawa buku-buku politik kontemporer. Ia juga membaca buku-buku Victor Hugo,” kenang Mourad. “Sejak itu, kami jarang bertemu karena saya lebih banyak latihan. Tapi ketika kami bertemu di rumah, selalu ada sesuatu untuk ditertawakan. Ia terlihat tidak bahagia. Tapi ia hidup dengan baik dan tampak tak ada masalah.”
Pada 2011, Najim masuk perguruan tinggi. Ia belajar elektro-mekanik, disiplin yang sama seperti yang diambil adiknya. Najim kemudian bekerja sebagai cleaning service di European Parliament, lalu bekerja paruh waktu di bandara tempat ia akhirnya meledakkan diri.
Pada Februari 2013, Najim pergi ke Suriah. Ayahnya melaporkannya telah bergabung dengan ISIS. Di sana ia berjuang untuk ISIS di garis depan dan kemudian dipromosikan untuk mengawasi sandera. Najim pernah sekali mengunggah foto dari Suriah di Twitter-nya, dengan keterangan, “Muslim hidup dalam situasi perang total.”
Pada Maret 2014, otoritas Belgia mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional untuk Najim. “Kami benar-benar takut dengan kondisinya,” cerita Mourad. Dan pada 2015, Najim kembali ke Belgia dengan misi khusus: membunuh orang sebanyak mungkin.
(Daily Mail)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR