Intisari-Online.com- Ketika seorang wanita menikah, pasti ia memimpikan sang ayah akan menggandengnya sampai ke altar. Setidaknya, Jeni Stepien memegang asa itu sampai ketika ayahnya meninggal 10 tahun lalu. Tidak ingin moment sekali seumur hidupnya itu terasa kurang, ia meminta orang yang menerima jantung ayahnya menggandengnya berjalan menuju altar.
September 2006, Michael Stepien, ayah Jeni ditemukan terbunuh tak jauh dari rumahnya ketika pulang kerja. Ketika dibawa ke rumah sakit, ayahnya sudah dinyatakan meninggal. Suatu hari, pihak rumah sakit meminta kepada keluarga agar mau mendonorkan jantung ayah Stepien kepada seseorang yang mengidap gagal jantung kongestif.
Penderita itu bernama Arthur Thomas. Sejak umur 16 tahun, ia mengidap takikardia ventrikel. Beruntungnya jantung Michael dan Thomas cocok, Thomas pun menerima jantung baru. Setelah melakukan operasi transplantasi jantung, Thomas dan keluarga sangat berterima kasih kepada keluarga Stepien. Sejak itu, kedua keluarga menjadi akrab.
Ketika akan menikah, Jeni merasa sedih karena sang ayah tidak bisa bersamanya. Lalu tiba-tiba sebuah ide terlintas dipikirannya. Dengan bantuan calon suaminya, mereka berdua datang khusus ke New Jersey untuk menemui Thomas. Jeni meminta Thomas menemaninya dihari pernikahannya. Tentu saja Thomas menerima dengan senang hati. Bahkan sebelum berjalan menuju altar, ia berkata kepada Jeni
“Coba dengar detak jantung ini. Ia berdetak dengan sangat kencang. Ia juga bahagia atas kebahagian putrinya”, kata Thomas pada Jeni sambil menaruh telapak tangan Jeni di dada kirinya.
“Ini sangat luar biasa. Walau ayahku tidak hadir secara utuh di sini. Tapi setidaknya sepotong fisiknya berada di sini. Berdetak dan terus hidup dalam tubuh Thomas,” kata Jeni kepada reporter sambil terharu.
(nytimes.com)