Senjata dan logistik itu kemudian diangkut ke Jakarta dan dikumpulkan di gudang-gudang khusus milik Staf Intel Hankam, Pusat Intelijen Strategis, dan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Senjata-senjata itu juga harus dihapus semua nomor serinya untuk mengaburkan asal sumbernya.
Pekerjaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Juli 1981 dipersiapkan cara dan sarana untuk pengangkutannya dari Jakarta ke Afganistan. Semua senjata dimasukkan ke dalam peti dan diberi label palang merah.
Peti-peti ini dicampurkan dengan peti-peti obat-obatan dan selimut.
Untuk pengangkutannya banyak alternatif yang didiskusikan, dan akhirnya diputuskan untuk mengangkut kargo tersebut melalui udara.
Pesawat Boeing 707 milik Pelita Air Service ditugaskan untuk membawa ‘bantuan’ ini.
Tiga pilot, Capt Arifin, Capt Abdullah, dan Capt Danur, menerbangkan pesawat tersebut untuk operasi intelijen.
Pelita Air Service dan Garuda Indonesia Airways dengan pilot-pilot terpilih memang seringkali digunakan untuk menunjang operasi intelijen.
Rencana penerbangan (flight plan) rahasia disusun melalui rute-rute friendly countries.
Baca juga: Tugu Tani di Menteng Merupakan Simbol Komunisme, Benarkah?
Source | : | angkasa.co.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR