Intisari-Online.com – Nuraeni adalah salah satu penerima penghargaan SheCAN! Award 2011 beberapa waktu lalu. Ia berhak menerima penghargaan tersebut karena mendedikasikan hidupnya untuk memberdayakan wanita di kampung nelayan, Kampung Paotere, Makasar dalam diversifikasi pengolahan produk ikan menjadi produk nugget, ikan cabut tulang, ikan giling, dan sebagainya. Atas upayanya itu para wanita di kampung nelayan itu dapat mencukupi kebutuhan hidupnya serta meningkatkan nilai ekonomi.
Cerita berawal ketika Nuraeni ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal karena sakit jantung. Tiga anak lelaki mereka masih kecil-kecil saat itu. Meskipun berpendidikan tinggi, Nuraeni hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak mempunyai keterampilan apa pun. Sempat terpikir membunuh ketiga anaknya karena ia merasa tidak mampu menghidupi mereka. Namun, ia berpikir mesti bangkit dan menghidupi anak-anaknya meski tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Beruntung, Nuraeni menjadi ketua RT sehingga memiliki banyak teman untuk berbagi cerita. Teman-temannya menyarankan agar ia mempunyai keterampilan untuk memberdayakan dirinya. Saat itu Dinas Perikanan memberikan pelatihan keterampilan pengolahan hasil laut. Ia pun mengambil kursus pengolahan abon ikan tuna dan bandeng cabut tulang.
Kemudian Nuraeni terpikir untuk memberdayakan istri-istri nelayan di sekitarnya yang tidak bisa baca tulis. Sayangnya, semangat mereka untuk bisa baca tulis demi bisa mengisi Porkas (semacam undian berhadiah dengan menuliskan beberapa angka). “Waktu itu ada yang datang kepada saya, cerita kalau semalam mimpi supaya pasang angka 3. Seperti apa 3 itu?” cerita Nuraeni.
Selain mengajari baca tulis, Nuaraeni pun membagikan keterampilan mengolah abon ikan. Produksinya tentu bertambah seiring dengan banyaknya ibu-ibu yang mau ikut mengolah abon ikan. Saat ini produksinya sudah mencapai 25 kg per minggu dan masih dilakukan secara tradisional.Gebrakan Nuraeni beralih ke persoalan hutang. Tengkulak telah melilit keuangan rumah tangga masyarakat Paotere. Meski berisiko karena ia harus berhadapan dengan kaum tengkulak - bahkan ia nyaris terbunuh - namun Nuraeni jalan terus. LahirlahKoperasi Fatimah Az-Zahra.
Upayanya ini sekarang telah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga nelayan di daerahnya. Ia juga tidak lupa untuk berbagi dengan menyisihkan hasil penjualan usahanya dan setiap bulan pada tanggal 10 ia memberi makan para lansia dan anak-anak terlantar.
Sejak diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi swasta banyak yang menghubunginya untuk menjadi distributor penjualan hasil produksi istri-istri nelayan tersebut. Namun, sampai saat ini memang belum ada pemodal secara finansial yang melirik usahanya. Baru-baru ini ada seorang donatur yang memberikan peralatan membuat abon ikan tuna secara modern.
Usaha Nuraeni tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi namun sekaligus meningkatkan citra wnaita di lingkungan yang didominasi pria. “Melalui pelatihan kerja yang diberikan kepada wanita, cukup efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka sehingga mampu bersaing dengan kaum pria. Dengan keahlian serta kontribusi ekonomi yang disumbangkan para wanita tersebut kaum pria akan lebih bersimpati dan menghormati. Juga tidak lagi menganggap remh kaum wanita,” papar Nuraeni menutup perbincangan.