Intisari-online.com Terlahir pada 3 Juli 1974, Ririe Bogar dilahirkan sebagai bayi yang sehat dengan berat badan normal. Orangtua Ririe bukan tipe yang melarang anaknya mau makan apa aja. Setiap akhir pekan, Ririe dan keluarga punya agenda khusus makan bareng keluarga di luar rumah.
Saat sekolah menengah pertama (SMP), berat badan Ririe sudah 80 kg. Diakuinya, saat itu dirinya sempat kehilangan kepercayaan diri lantaran bentuk badannya. Bahkan, “Untuk mencari baju yang bisa muat di badan saja susahnya minta ampun,” kisahnya.
Masa sekolahnya dilalui di luar negeri, Amerika, dan Australia. Di negara manca tersebut, dia mendapatkan dukungan sehingga memperoleh kepercayaan diri yang positif. “Di sana juga enggak perlu bingung cari baju yang seukuran badanku; banyak!” kata Ririe bersemangat. Kesulitannya mecari baju ukuran besar namun tetap fashionable itulah yang kemudian menjadi salah satu motivasi dirinya membuat butik khusus menjual baju bagi perempuan bertubuh besar.
Kembali ke Indonesia, dia bekerja di bidang travel and tourisme yang berlanjut ke bidang perhotelan. Menurut Ririe, kondisi di Indonesia berbeda jauh dengan di luar negeri. Dengan berat badan yang sampai 90 kg saat itu, dia banyak olok-olok dari teman sekerjanya. Tapi untungnya atasan Ririe adalah orang Belanda yang justru memberikan kritikan positif terhadap dirinya. “Dia sama sekali enggak ngomong ‘kamu itu gendut, jelek.’ Sudah jadi karakter orang Indonesia, melihat orang gemuk sebagai bahan olok-olok,” kata Ririe.
Hal itu juga yang membuat Ririe rajin membaca buku dan majalah fesyen, juga mengubah penampilannya. Dia mulai mendesain sendiri baju-baju untuk ukuran tubuhnya. Penampilan yang makin fashionable jugalah yang membuat karier Ririe melejit. Tapi tetap saja, cibiran senantiasa melekat kepadanya.
Bekerja di hotel yang selalu menuntut penampilan prima membuatnya mesti rajin merawat diri. “Seminggu empat kali nyalon, baju fashionable, rambut dicat kuning. Sampai aku dibilang Giant Barbie, ha ha ha!”
Karier Ririe di bidang perhotelan cukup bagus. Sepertinya dia akan terus bekerja di bidang tersebut. Tak dinyana, sebuah keisengan kecil mengubah semuanya. Atasannya, diam-diam mendaftarkan Ririe ke acara “Miss Big Indonesia” di salah satu stasiun televisi swasta, pada 2005. Hal itu juga yang membuatnya melek bisnis.
Kemudian, bersama dua temannya sesama finalis "Miss Big Indonesia", Lulu Lustanti dan Aty Fathiyah, tercetuslah ide untuk membuka butik khusus wanita berbadan besar, Xtra-L. Pada 2005 butik tersebut berdiri.
Alih-alih jualan baju, tempat itu berkembang di luar perkiraan awal. Butik tersebut lebih mirip klinik konsultasi orang gemuk, “Karena setiap orang yang datang ke situ akhirnya malah curhat,” kenangnya.
Syahdan, beralihnya “butik” menjadi “klinik” itulah yang memicu lahirnya sebuah wadah yang bisa menampung dan membantu para perempuan yang mempunyai masalah kepercayaan diri karena bertubuh besar. Wadah itu bernama Komunitas Xtra-L.
Mulai dari pertemuan fisik sampai dunia maya, interaksi antara anggota mulai bergulir; seru dan intensif. Komunitas ini ada untuk tempat berbagi tips diet, olahraga, pakaian, dan sebagainya. Kini jumlah anggotanya mencapai 4.000-an orang.
Sekarang Ririe sedang mempersiapkan majalah bernama Balga. Kata tersebut diambil dari bahasa Batak yang bermakna “besar”. Selain itu, dia juga sedang berproses membuat dua film yang rencananya pada Juli ini bisa diselesaikan.
Langkah-langkah itu merupakan cara Ririe untuk membuka mata dan mendobrak pandangan lama masyarakat Indonesia terhadap orang gemuk. Juga menyadarkan para perempuan berbadan besar bahwa tidak ada gunanya mengutuki diri karena berat badan yang tidak ideal. Dari pada tenggelam dalam kesedihan, lebih baik berkarya dan menjadi “Giant Barbie” yang bahagia.