Mandela dan Simbol Kepemimpinan yang Rela Berkorban

Rusman Nurjaman

Editor

Mandela dan Simbol Kepemimpinan yang Rela Berkorban
Mandela dan Simbol Kepemimpinan yang Rela Berkorban

Intisari-Online.com - Dunia merayakan ulang tahun yang ke-94 pahlawan anti-apartheid, Nelson Mandela, Rabu kemarin (18/7) . Anak-anak sekolah tampak riuh rendah menyanyikan lagu ulang tahun bagi mantan Presiden Afsel ini.

Mandela, di usianya yang hampir seabad itu, telah menjadi legenda hidup. Tak hanya bagi bangsa Afrika, melainkan bagi seluruh penduduk di muka Bumi. Hollywood pernah mengangkat sepenggal kisahnya ke layar lebar lewat film Invictus (2009). Tokoh Mandela sendiri diperankan oleh seorang aktor gaek, Morgan Freeman.

Semua orang mengenalnya sebagai tokoh perjuangan pembebasan manusia kulit hitam di Afrika Selatan. Namun, jangan lupa, pengorbanan Mandela luar biasa besar.

Kita tahu, Mandela menghabiskan lebih dari seperempat umurnya di balik terali besi. Sebelumnya, ia pernah dilarang berbicara di depan umum, menghadiri rapat, berorganisasi, menjadi tahanan kota, dan hidup sebagai buron. Karena itu, ia terpaksa meninggalkan rumah, kantor, dan anak-istrinya. Sungguh, kisah yang memilukan.

Mandela memang pejuang kemerdekaan rakyat kulit hitam yang tangguh. Ia pernah ditangkap polisi penguasa kulit putih berkali-kali. Terakhir, ia dijebloskan ke dalam penjara seumur hidup bersama beberapa kawannya. Penjaranya pun berada di tempat terpencil, di Pulau Robben

Tetapi perjuangan anti-apartheid yang diinspirasikannya tak berhenti di situ. Perjuangan untuk merebut kedudukan warga negara yang merdeka dan terhormat di Tanah Air mereka sendiri telah menyebar. Seluruh rakyat kulit hitam di Afrika Selatan bersatu menentang kebijakan politik menistakan martabat kemanusiaan itu. Perlahan perjuangan ini memperoleh dukungan dari dunia internasional.

Akhirnya, pada tanggal 11 Februari 1990, setelah 27 tahun hidup di penjara, Mandela dibebaskan. Pembebasan Mandela seiring dengan tekanan rakyat kulit hitam Afrika Selatan dan dunia internasional yang menuntut politik apartheid segera diakhiri.

Kini, politik apartheid sudah dihapuskan dari bumi Afrika Selatan. Mandela pun memilih menjalani masa tuanya bersama keluarga tercinta di desa Qunu, di bagian tenggara Afsel.

Tetapi kisahnya perjuangannya akan selalu menjadi pelajaran bagi setiap orang di muka Bumi. Visinya tentang demokrasi yang ideal dan masyarakat yang bebas masih tetap relevan sepanjang zaman. Karena hanya dengan cara itulah setiap orang dapat hidup bersama secara harmonis dan dengan perlakuan yang setara.

Hari-hari ini, momen-momen suksesi kepemimpinan di sekitar kita kian dekat. Akankah kita menemukan pemimpin yang rela berkorban seperti Mandela?

Selamat ulang tahun, Mandela. Semoga tambah panjang dan berkah usia.(Nelson Mandela: Langkah Menuju Kebebasan, 1993)