Intisari-Online.com - Optimisme tentang masa depan yang didasari keyakinan akan kemampuan manusia. Itulah semangat (mentalitas) baru yang dibawa orang Eropa manakala pertama kali datang ke Nusantara, selain kolonialisme tentu saja. Namun hampir tidak ada elite Nusantara yang memberikan reaksi terhadap semangat modern yang dibawa orang-orang kulit putih tersebut pada masa itu. Padahal, optimisme itu mencakup keyakinan bahwa manusia menguasai waktu (baca: takdir) dan penghargaan terhadap individu. Yang lebih penting, kepercayaan akan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemecah segala masalah.
Hanya saja, sejarah kemudian mencatat seorang Karaeng Pattingalloang. Denys Lombard, sejarahwan Prancis yang pernah melakukan penelitian puluhan tahun di Indonesia, menyebut Pattingalloang sebagai elite Nusantara “yang boleh dikatakan istimewa”. Pangeran dari Makassar yang meninggal pada 1654 itu, tulis Lombard, tampak sebagai salah seorang denan pikiran unggul yang siap menjumpai orang-orang Eropa terbaik di Tanah Airnya sendiri.
Siapakah Karaeng Pattingalloang?
Pattingalloang adalah perdana menteri sekaligus penasehat utama Sultan Muhammad Said (1639-1653) dari Kerajaan Makassar. Dia hidup di masa kejayaan kesultanan itu. Tentu saja, sebagai elite yang mempunyai akses terhadap sumber daya ekonomi politik, Pattingalloang juga ikut berniaga. Kolega bisnisnya terdiri atas orang Ambon, Portugis, Belanda, Manila, Siam dan Golkonda. Pengalaman lintas bangsa ini tampak berpengaruh pada penguasaan bahasa asing, dan pandangan dunianya yang kosmopolit. Di atas itu semua yang perlu ditonjolkan di sini adalah hasrat dan gairahnya yang meluap-luap terhadap gagasan dan ilmu Barat.
Rasa ingin tahunya yang besar itu juga didukung oleh penguasaannya terhadap bahasa asing (Portugis, Latin, dan Spanyol) dan sebuah sebuah perpustakaan besar. Bahkan, lengkap dengan koleksi berbagai buku dan atlas Eropa. Di antara koleksinya terdapat karya Bruder Luis de Granada O.P, yang telah di bacanya dalam bahasa aslinya.
Soal gambaran karakter Pattingalloang, barangkali kita bisa menyimak komentar Pastor Alexander de Rhodes S.J berikut. “Jika kita mendengar omongannya tanpa melihat orangnya, pasti kita mengira bahwa dia adalah orang Portugis sejati, karena ia berbahasa orang Portugis sama fasihnya dengan orang Lisbon ....” Pattingalloang juga, menurut sang pastor, “Menguasai dengan baik segala misteri kita, dan telah membaca semua kisah raja-raja kita di Eropa dengan keingintahuan yang besar”.
Tapi yang lebih mengagumkan dari Pattingaloang adalah cintanya kepada ilmu pengetahuan. “Ia selalu membawa buku-buku kita dan khususnya buku-buku mengenai matematika, yang mana ia sangat ahli, dan begitu besar cintanya kepada setiap bagian ilmu ini”.