Kummara, Mencipta Board Game Rasa Eropa

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Kummara, Mencipta Board Game Rasa Eropa
Kummara, Mencipta Board Game Rasa Eropa

Intisari-Online.com - Permainan Ular Tangga adalah contoh board game yang populer di Indonesia. Yang tak kalah populer, ada juga Monopoli. Aturan dan fitur yang digunakan lebih banyak dibandingkan ular tangga. Strategi mencapai kemenangan juga tidak sekadar melempar dadu lalu pasrah pada keberuntungan.

Di negara Eropa, seperti Jerman, jenis board game bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Yang membedakan adalah cara memainkan dan peraturan yang diaplikasikan pada permainan tersebut, yang disebut mekanik permainan (game mechanics).

Temanya juga sangat kaya; dari yang sederhana macam Halma atau dam-daman, sampai yang kompleks, mengombinasikan hitungan, memori, dan kemampuan kognitif lain.

Keberagaman dan desain menawanboard game itu yang membuat Eko Nugroho (32) jatuh cinta dan mulai mengoleksi board game. Dia mengisahkan, saat belajar di Jerman pada 2003, dia berkenalan dengan board game yang bukan Ular Tangga atau Monopoli itu. Jerman itu produsen board game modern terbesar di dunia saat ini.

Saat diajak bermain, Eko mengisahkan, dia sempat sangsi bisa mengimbangi lawan mainnya yang adalah orang Jerman. “Ternyata kendala bahasa tidak berefek; tetep bisa main dengan menyenangkan!” kata Eko.

Ternyata ada satu media permainan yang punya efek yang luar biasa; bisa menjembatani bahasa dan kultur. Karena keyakinan diri Eko dengan potensi board game yang besar inilah yang membuat Eko dan Kanty Kusmayanty (32), istrinya yang juga bareng belajar di Jerman, mendirikan Kummara Game Design Studio.

Eko mengaku, Kummara adalah studio pertama di Indonesia yang fokus ke game desain. Bedanya dengan game developer, Kummara hanya fokus pada penyediaan konsep game. “Kami ‘arsiteknya’. Developer yang membangun,” Eko menjelaskan.

Sebagai pencipta game, para game designer di Kummara ini dituntut untuk kreatif. Cara paling ampuh, ya dengan bermain. “Setiap hari kita ada jadwal bermain board game, buat menambah perbendaharaan mekanik permainan,” terang Brendan S.A. (23), Lead Designer Kummara. Selain itu, setiap Senin adalah jadwal tes permainan baru untuk kemudian tiap pemain memberikan masukan terhadap permainan baru tersebut.

Untuk menambah perbendaharaan desain permainan, ada yang namanya Designer Day. Setiap orang wajib menyusun satu ide permainan untuk dipresentasikan tiap bulan.

Lebih dari sekadar game

Untuk mengangkat sisi positif game dan bermain, Kummara juga punya media online segitiga.Net yang dirilis akhir tahun lalu. Di sini, para kru Segitiga.Net rutin mengunggah tulisan mengenai dunia game. “Kami juga mengangkat perkembangan dunia game yang bisa menjadi kabar gembira atau inspirasi,” kata Adieb Aryasepta Haryadi, editor in chief Segitiga.Net.

Ada lagi program yang dinamakan Happy Play. Secara rutin, tiap dua minggu sekali para sukarelawan membawa game (board game maupun digital), dan buku ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, untuk menghibur anak-anak yang sedang dirawat di sana. “Kami percaya bahwa obat yang paling baik buat anak adalah memberikan kesenangan kepada mereka,” kata Brendan.

Percaya atau tidak, Kummara juga membenamkan misi ini ke setiap proyek yang diminta kliennya. Eko berprinsip, selain profit, harus ada dampak lain dari proyek game yang dikerjakan. “Dampaknya adalah pengetahuan dan pengalaman,” kata Eko. Maka itu, Kummara pilih-pilih dalam menerima tawaran proyek pembuatan game dari klien. “Karena dari proyek yang macam itu, kami bisa sekalian membuktikan bahwa game bisa lebih dari sekadar ‘game’,” sahut Eko.