Intisari-Online.com - Tidak ada yang meragukan kapasitas Sultan Iskandar Muda sebagai seorang pemimpin. Pada masa jayanya, Aceh pernah dibawa ke zaman keemasan. Sebagai kesultanan maritim, dan juga sebagai bandar niaga.
Tapi siapa sangka, Iskandar Muda ternyata mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap permasalahan pangan masyarakat Aceh waktu itu. Ichwan Azhari, Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universita Negeri Padang, mengatakan bahwa kesultanan Aceh semasa Iskandar Muda memiliki lumbung pangan yang kuat sekali.
Lumbung pangan yang menjadi sentra logistik kerajaan Aceh ini menjadi konsentrasi utama Iskandar Muda sebelum memperkuat pemerintahannya. Salah satu upaya Iskandar Muda memperkuat logistik adalah dengan mengurangi dominasi para spekulan beras. Spekulan ini berasal dari beberapa golongan kaya yang memiliki jatah pangan berlebih yang dengan mudah digunakan untuk berspekulasi hingga bisa dijual dengan harga setinggi mungkin. Sementara di sisi lain, banyak golongan yang kurang mampu yang begitu kesulitan untuk mendapatkan pasokan pangan.
Nah, masalah spekulan ini akhirnya bisa dikendalikan pada masa Iskandar Muda. Dari beberapa laporan menyebutkan bahwa si Sultan mampu memberi kemungkinan rakyatnya makan hingga kenyang. Peran orang kaya yang mengendalikan pangan berkurang. Jika kebutuhan masih belum mencukupi, maka ia akan mendatangkan pasokan pangan dari luar Aceh, termasuk Minangkabau.
Ia juga mengembangkan politik pangan dengan merangsang proses produksi di pedalaman. Para budak yang ada di kota dikirim untuk bekerja di sektor pertanian. Penduduk dari daerah taklukan juga dimanfaatkan untuk menjadi tenaga produktif di beberapa lahan pertanian di pedalaman.
Pangan, bagi Iskandar Muda, adalah pilar utama pemerintahannya. Ia mengendalikan pasokan beras. Ia juga menekan peran-peran spekulan yang tidak hanya merusak harga, tapi juga merepotkan rakyat. Semoga pemerintah sekarang bisa mencontohnya! (Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan)