Inspirasi Anti-Korupsi (2): Melakoni Semua Usaha

Ade Sulaeman

Editor

Inspirasi Anti-Korupsi (2): Melakoni Semua Usaha
Inspirasi Anti-Korupsi (2): Melakoni Semua Usaha

Berikut ini bagian kedua dari artikel tentangtokoh inspiratif Sumijan bin Kemis yang berjuang melawan korupsi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Artikel pernah dimuat di majalahIntisariedisi Agustus 2012.

--

Intisari-Online.com - Sumijan lahir pada 9 Maret 1965 di Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Usai lulus SLTP ia hijrah ke Jakarta, bekerja di sebuah pabrik. Belakangan, ia kembali ke desanya lalu merantau ke Bontang, mengikuti jejak familinya.

“Saya berangkat ke Kalimantan dengan uang pas-pasan, naik kapal barang menuju Bontang. Seseorang menolong dengan menyuruh saya bersembunyi di dekat cerobong kapal hingga saya sempat pingsan,” kenangnya.

Tahun 1983 ia menjadi pedagang kelontong dan tukang ojek. Kemudian beralih menjadi penjual rujak buah keliling kampung, tak lama kemudian pindah haluan berjualan bakso.

“Saya juga pernah jual sate,” tutur suami Siti Maryam, istri yang dinikahinya pada 1985, ini. Pendek kata, semua usaha dia lakoni, termasuk berjualan mi dan nasi goreng. Di luar “dunia usaha”, ia pernah bekerja sebagai petugas cleaning service di PT Badak, LNG.

Walau (waktu itu) hanya menjadi pedagang, tahun 1997 Sumijan dipercaya warga menjadi Ketua RT hingga sekarang.

Tahun 2002 ia dipercaya menjadi anggota tim kerja stakeholders Kota Bontang, hingga belakangan terpilih menjadi ketua. “Saya kemudian menjadi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Berbas Pantai Bontang.”

Karena hidupnya selalu dekat dengan rakyat, Sumijan mulai tergelitik setiap kali mendengar berbagai macam ketimpangan di Kota Bontang, terutama menyangkut kasus korupsi. “Saya kemudian mendirikan LSM Bontang Corruption Watch dan Bontang City Council,” tuturnya.

Tak hanya itu. Ia juga mendirikan LSM Aliansi Perempuan Anti-korupsi, dan terakhir ia dipercaya menjadi pimpinan LSM Lumbung Informasi Rakyat (Lira) dari tahun 2006 sampai sekarang. (Achmad Subechi, Editor in Chief Tribun Kaltim)