Berikut ini bagian pertama artikel karya budayawan Arswendo Atmowiloto berjudul “Korupsi Bukan Cobaan” yang ditulis di majalah Intisari edisi Juli 2005.
--
Intisari-Online.com - Seorang istri yang suaminya ditahan karena korupsi, menjawab pertanyaan wartawan, "Kami sedang dalam cobaan Tuhan, tolong bantu kami dengan doa."
Saya tidak begitu yakin, tindak pidana korupsi adalah cobaan dari Tuhan. Kecuali kalau seseorang berbaik jujur, dipidana karena tindak korupsi, padahal scbenarnya tidak melakukan korupsi. Nah, itu bisa digolongkan sebagai cobaan. Artinya, tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi terkena bencana.
Seperti kalau kita parkir baik-baik di tempal parkir. Tahu-tahu sewaktu hujan turun, pohon tumbang menimpa mobil kita. Itu bisa masuk kategori cobaan. Di sini tidak ada hubungan langsung sebab akibat antara parkir yang aman dengan pohon yang lumbang.
Dalam kehidupan keseharian, hal semacam itu bisa terjadi. Kita hidup dengan baik dan benar dan menjaga kesehatan, tahu-tahu divonis terkena kanker.
Korupsi yang sering disamakan dengan penyakit kanker - perumpamaan ini hanya benar dalam hal keganasan – sebenarnya termasuk godaan. Artinya, si pelaku tergoda merasuki wilayah buruk, padahal sebenarnya bisa menghindar dan menerima risiko karena terbongkar.
Ada hubungan sebab-akibat secara langsung. Godaan yang sama. Dalam kaitan sebab-akibat langsung adalah berjudi, selingkuh, ngebut.
Pelaku sudah tahu akibat dari main judi, main perempuan, bisa juga main lelaki, atau main-main dengan kendaraan berkecepatan tinggi. Pelaku tetap melakukan, apa pun alasannya, bisa dibikin-bikin, bisa karena yakin. Kalau kemudian berakhir tidak menyenangkan: kalau berjudi, selingkuh ketahuan, atau terjadi tabrakan, itu merupakan konsekuensi logis. (Arswendo Atmowiloto / Intisari edisi Juli 2005)