Ini adalah penuturan Ignasius Jonan yang dimuat di Majalah Intisari edisi September 2013 dengan judul asli “Ignasius Jonan: Saya Tidak Bisa Sulap".--Intisari-Online.com -PT KAI terus mengalami perkembangan. Tapi masih cukup jauh dari taraf ideal. Kalau hitung-hitungan ideal, menurut saya, ya, mesti seperti East Japan Railway di Jepang atau pengelolaan kereta api di Prancis dan Jerman. Jika dibandingkan dengan tiga kiblat kereta api dunia itu, saat ini kinerja PT KAI baru mencapai 60 persen. Saya tidak tahu kapan bisa menyamai mereka, karena hal itu tidak hanya bergantung kepada kami, tapi juga peran pemerintah.Walau begitu, kami sudah punya road map dan target-target yang jelas. Misal, pengembangan KRL Jabodetabek. Pada waktu pertama saya masuk atau pada 2009, kapasitasnya kira-kira hanya 350 ribu penumpang/hari. Sekarang hampir 600 ribu penumpang/hari. Dan saya memasang target, pada 2018 nanti bisa melayani 1,2 juta/hari.Hal sama juga berlaku di kereta api jarak jauh. Tahun lalu kami mengangkut 203 juta penumpang/tahun. Pada 2020 nanti kami harus sanggup menaikkannya menjadi 600 juta penumpang/tahun. Sementara untuk angkutan barang, dari kapasitas 20 juta ton/tahun pada 2012 akan kami tingkatkan menjadi 60 juta ton/tahun pada 2020.Tentu, tidak mudah untuk mencapai semua itu. Pasti ada tantangannya. Ambil contoh meningkatkan kapasitas KRL Jabodetabek menjadi 1,2 juta penumpang/hari. Kebutuhannya tidak sesederhana seperti menambah gerbong atau menambah frekuensi perjalanan. Kalau hanya dengan infrastruktur yang tersedia saat ini, dengan penambahan frekuensi keberangkatan maka Jakarta dipastikan akan macet total. Sebab hampir tiap menit palang pintu kereta api di Jakarta akan dibukatutup. Jadi, butuh pembangunan terowongan atau semacamnya.Akan tetapi, wewenang pembangunan infrastruktur di luar domain PT KAI. Itu wewenang pemerintah. Oleh sebab itu, jika ingin target-target itu terlaksana, butuh dukungan berbagai pihak, terutama pemerintah. (selesai)