Paul Walker, Fast and Furious 7, dan Nilai-nilai yang Makin Langka

Ade Sulaeman

Editor

Paul Walker, Fast and Furious 7, dan Nilai-nilai yang Makin Langka
Paul Walker, Fast and Furious 7, dan Nilai-nilai yang Makin Langka

Intisari-Online.com - Serial film Fast and Furious itu dibuat sejak tahun 2001. Aktor utama yang terlibat mulai pertama kali, Paul Walker, akhir November tahun 2013 meninggal karena kecelakaan mobil pada saat pengambilan gambar FF 7 baru setengah jalan.

Karakter dan perbuatan Paul di luar film sampai tingkat tertentu berhasil mempromosikan film aksi tersebut pada segmen yang mungkin tidak menyenangi kekerasan atau kendaraan mewah.

Di balik wajah ganteng dan mata biru, Paul ternyata sangat peduli dengan penderitaan orang lain, tanpa memandang suku, bangsa, atau agama. Lebih dari itu, ia juga tak sekadar menuliskan cek sumbangan dari kantong pribadinya.

Ia terjun langsung ke lapangan, ikut menggotong korban bencana, atau menggergaji pohon tumbang akibat tornado di Tuscaloosa, Alabama, AS, tahun 2011.

Pria yang sangat mencintai Meadow Walker, putri tunggalnya, itu bersama dengan temannya yang juga meninggal dalam kecelakaan mobil, Roger Rodas, mendirikan organisasi untuk menolong korban bencana, Reach Out Worldwide (ROWW).

Organisasi yang didirikan tahun 2010 ini sudah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan penggalangan dana (fundraising) untuk menolong korban bencana, mulai dari gempa Haiti sampai topan Haiyan di Filipina. Bahkan, kecelakaan mobil itu terjadi saat Paul dan Rodas sedang mengadakan acara penggalangan dana bagi korban topan Haiyan.

Paul dan Indonesia

Sentuhan Paul juga langsung mengenai Indonesia, yaitu ketika dia mengajak masyarakat internasional mendukung pencegahan perusakan terumbu karang di Mentawai, Sumatera Barat. Dengan campur tangan Paul, pengeboman terumbu karang di perairan Mentawai bisa diakhiri.

Satu sifat kebajikan Paul yang baru terungkap setelah dia meninggal adalah ketika dia membantu seorang prajurit AS membelikan cincin untuk kekasihnya tanpa diketahui pasangan tersebut.

Hal itu diungkapkan Irene King, penjual perhiasan di Santa Barbara, AS, kepada CNN, beberapa saat setelah Paul meninggal. Waktu itu, Paul sedang belanja di toko, bersamaan dengan prajurit Amerika yang baru pulang dari tugas di Irak. Prajurit itu bersama dengan tunangannya melihat-lihat cincin perkawinan.

Si perempuan melihat cincin yang sangat disukainya, tetapi prajurit itu tak mampu beli. Ternyata harga cincin itu 10.000 dollar AS.

Paul yang berada di dekat mereka mendengar percakapan itu. Ia menemui Irene dan membayar cincin itu, lantas pergi menghilang. Ketika pasangan bahagia itu bertanya siapa orang yang membelikan cincin itu, Irena bilang, orangnya tidak mau dikenal. Ia membuka cerita tersebut setelah mengetahui Paul meninggal.

ROWW sampai sekarang masih aktif. Yang terakhir, bulan lalu, lembaga karitatif itu membantu korban bencana alam di Vanuatu, negara kecil di tengah Samudra Pasifik. Kepribadian Paul menolong dengan diam-diam, membantu penderitaan orang lain tidak dalam rangka pamer dan mencari publikasi, serta menolong tak sekadar dengan menuliskan cek, namun langsung ke lapangan, ini merupakan hal langka.

Di tengah ”kemajuan” teknologi informasi dan media sosial, kebajikan diam-diam Paul Waker sungguh terasa asing. Paul membawakan nilai-nilai langka yang seharusnya memang tidak boleh hilang ketika masyarakat merasa makin ”modern”.

(Bambang Sigap Sumantri/KOMPAS)