Hendra Wijaya, Kecelakaan Sepeda Mengantarnya Menjadi Pelari Ultra

Agus Surono

Editor

Hendra Wijaya, Kecelakaan Sepeda Mengantarnya Menjadi Pelari Ultra
Hendra Wijaya, Kecelakaan Sepeda Mengantarnya Menjadi Pelari Ultra

Intisari-Online.com - Pada Juni 2008, Hendra sempat mengalami kecelakaan sepeda gunung. Kecelakaan tersebut menyebabkan kedua tangannya patah. Dirinya juga syok berat dan terpuruk. Akibat kecelakaan itu, ia butuh orang lain untuk melakukan segala kegiatannya. Hal itulah yang membuat ia menjadi merasa tidak berguna dalam hidup. Masa depan olahraganya menjadi suram.

Namun, beberapa bulan kemudian kondisi fisik Hendra mulai membaik. Ia sudah mulai dapat melakukan kegiatan sendiri, seperti mandi. Meski belum sembuh total, Hendra mulai beraktivitas. Ia membangun dua pabrik baru. Sementara kegiatan olahraganya mulai menjajal lari dan berenang yang sebenarnya sangat sulit dilakukan. Hal itu ia lakukan agar dapat fokus dengan pekerjaan dan melupakan kecelakaan itu.

Tahun 2009 secara tak sengaja Hendra membaca di surat kabar Kompas ada "perguruan" Nikeplus. Perguruan tersebut mirip dengan perguruan “Shaolin” dalam film Cina yang mengajari “bertarung” dan penyembuhan bagi pendekar yang sakit. Maka bergurulah Hendra secara bertahap di "Shaolin". Ia mulai berlatih lari dari satu kilometer, tiga kilometer, lima kilometer, hingga mencapai 30 km/ hari. Baik itu pagi dan sore hari.

Tiga bulan pertama berada di Perguruan “Shaolin” Hendra mengalami kesakitan, seperti betis membatu, telapak kaki sangat sakit, rambut terasa ditarik-tarik, dan kening sangat perih. Setiap kali tidur, kasur dan bantal basah kuyup. Bangun tidur merangkak dan menuruni anak tangga dalam posisi duduk. Lambat laun ia mulai bisa bergerak dengan berjalan sepanjang dua kilometer dan baru dapat berlari.

Ketika berada di rumah, Hendra tetap melakukan kegiatan olahraga. Ia berlari di pekarangan atau lapangan di belakang rumahnya yang seluas 200 meter persegi sebanyak 50 hingga 100 putaran. Apabila hujan, ia berlari di garasi mobil yang luasnya 25 meter persegi sebanyak 400 hingga 500 kali. Karena perguruan "Shaolin" menuntut agar selalu mengikuti virtual challenge dan tentunya harus menjadi nomor satu. Bagi Hendra sebenarnya target menjadi nomor satu adalah kesembuhan. Menurut perguruan "Shaolin", dengan banyak melakukan aktivitas dan olahraga akan merangsang pertumbuhan tulang dan dapat membuat cepat tersambung.

Pada Juni 201, sambil berguru di "Shaolin" Hendra mulai mengikuti perlombaan pertamanya, yakni Sundown Ultra Marathon 100km di Singapura. Meskipun gagal mencapai finis, namun Hendra mendapat banyak pengalaman. Mental semakin kuat dan selalu ingin menjajagi lawan yang lebih tangguh agar mendapat ilmu yang lebih banyak lagi. Hal itulah yang kini membuat Hendra aktif mengikuti banyak perlombaan lari ultra setelah kesembuhannya.

Untuk mengenal lebih jauh sosok Hendra Wijaya, silakan simak di Intisari edisi Juni 2015.