Namun setelah terkuak dokumen yang bocor dari Asiaciti Trust, penyedia jasa finansial di Singapura, terkuaklah bahwa warga Sri Lanka yang berpengaruh di politik negara tersebut, Thirukumar Nadesan, secara rahasia mengendalikan perusahaan tersebut dan menjadi pemilik sah dari 31 karya seni rangkaian "Dewi Lakshmi" tersebut.
Mengejutkannya lagi, istrinya adalah Nirupama Rajapaksa, mantan anggota Parlemen Sri Lanka dan keturunan dari klan Rajapaksa yang kuat dan berpengaruh karena saat ini presiden Sri Lanka juga merupakan sosok dari klan Rajapaksa.
Klan ini telah mendominasi politik negara tersebut berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dokumen rahasia menunjukkan saat negara yang juga mengalami perang saudara berpuluh-puluh tahun lamanya, pasangan Nadesan-Rajapaksa justru menyiapkan simpanan di luar negeri dengan nama anonim serta menggunakan perusahaan cangkang guna mendapatkan karya seni langka, apartemen mewah dan juga untuk menyimpan uang.
Mereka berhasil menimbun kekayaan, mendapatkan keamanan dan aset lainnya, secara rahasia.
Keduanya bisa menyembunyikan kekayaan mereka dengan yurisdiksi rahasia dengan bantuan penyedia jasa finansial, para pengacara dan para pekerja kerah putih yang hanya bertanya sedikit tentang dari mana mereka mendapatkan kekayaan tersebut.
Nadesan sendiri juga telah lama dicurigai oleh otoritas Sri Lanka jika terlibat korupsi besar.
Tahun 2017, grup perusahaan luar negeri keduanya, yang belum dipublikasikan, telah memiliki nilai hampir USD 18 juta, menurut analisis ICIJ dari pernyataan finansial dana Nadesan.
Ironisnya, nilai tengah pendapatan tahunan di Sri Lanka kurang dari USD 4000 (Rp 60 juta) saja.
Data yang didapat ICIJ dari Asiaciti, penasihat lama untuk Nadesan menyebutkan total kekayaan Nadesan di tahun 2011 saja ada lebih dari USD 160 juta.
Para ekonom mengatakan di Sri Lanka kesenjangan antara si kaya dan si miskin terus meningkat, aturan pajak yang longgar telah menjadi cara para orang-orang kaya menghindari kewajiban membayar pajak, di saat penduduk yang lain berusaha memulihkan diri dari perang sipil.
Hal ini menyebabkan sangat sedikit dana negara yang digunakan untuk berinvestasi di sekolah, pelayanan kesehatan dan program sosial lainnya.
Hubungan Nirupama Rajapaksa dengan presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, adalah keponakan jauhnya, karena ayah Nirupama adalah sepupu Gotabaya.
Kemudian kakak laki-laki Gotabaya, Mahinda Rajapaksa, adalah perdana menteri Sri Lanka sampai pertengahan Mei 2022 lalu dia mengundurkan diri karena krisis ekonomi negara.
Kelompok HAM telah menuding Mahinda dan Gotabaya dalam kekerasan perang.
Para mantan pejabat pemerintah telah mencurigai keluarga tersebut memilliki kekayaan multi miliaran Dolar dan sebagian besarnya disembunyikan di rekening-rekening bank di Dubai, Seychelles dan St. Martin.
Suami Nirupama Rajapaksa sendiri menghadapi tuntutan jika ia secara rahasia membantu salah satu mertuanya, seorang menteri pemerintah, membangun villa megah dengan dana pemerintah.
Ironis, mengingat mereka mengaku tidak bisa membayar utang kepada China, tapi justru menimbun kekayaan sendiri tanpa memedulikan rakyatnya.
KOMENTAR