Belajar Mengolah Sampah dari Tuan Guru Hasanain Juani Si Penemu Kalkulator Sampah

Moh Habib Asyhad

Editor

Belajar Mengolah Sampah dari Tuan Guru Hasanain Juani Si Penemu Kalkulator Sampah
Belajar Mengolah Sampah dari Tuan Guru Hasanain Juani Si Penemu Kalkulator Sampah

Intisari-Online.com -Persoalan sampah di Jakarta tengah memasuki babak baru. Apalagi jika bukan dipicu oleh perseteruan antara pemerintah DKI Jakarta dengan DPRD Bekasi dan PT Godang Tua Jaya, pengelola sampah di Bantar Gebang. Di tengah polemik itulah, muncul nama Tuan Guru Hasanai Juani si penemu kalkulator sampah di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Tuan Guru Hasanai Juani adalah seorang pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Haramain. Ia mengaku memiliki solusi ampuh untuk menganani persoalan sampah. Lebih dari itu, ia yakin bisa mengatasi masalah di kota-kota besar, termasuk di Jakarta yang rata-rata menghasilkan 6.000 ton sampah per hari.

Nama tuan guru dan temuannya mulai ramai dibicarakan ketika akun Facebook bernama Ekspedisi Indonesia Biru mengunggahnya untuk pertama kali. Tak hanya tentang siapa si Tuan Guru, akun tersebut juga secara terperincin menjelaskan bagaimana kerja kalkulator sampah.

Mula-mula sampah-sampah dikumpulkan, lalu dibakar, dan alat tersebut mulai bekerja. Sebuah alat pengembus (blower) dengan daya 200 watt ditiupkan dari samping untuk memecah konsentrasi asap sehingga tak menjadi hitam pekat. Asap yang masih pekat dan mengandung bahan pencemar udara kemudian dioleh menggunakan teknologi plasma di mana asap disalurkan ke tungku lain dan dibakar lagi menggunakan suhu 1.800 derajat celcius.

Dari hitung-hitungan Tua Guru, teknologi ini memakan biaya mencapai Rp2882 ribu per ton. “Sampai di situ, kami sudah tidak sanggup,” ujar Tuan Guru seperti tertulis di Ekspedisi Indonesia Biru.

Dengan anggaran kebersihan di DKI Jakarta yang mencapai Rp400 miliar per tahun, Tuan Guru menyebutnya itu lebih dari cukup untuk menggunakan kalkulator sampah. “Apa yang dilakukan Jakarta dengan 6.000 ton sampah per hari, menurutnya adalah penangan yang mahal, tidak efisien, dan menabung masalah yang lebih besar.”