Intisari-Online.com – Sebuah kerajaan memiliki kebiasaan yang kejam tapi wajib diikuti. Setiap orang yang mencapai usia tujuh puluh lima tahun harus dikirim ke hutan. Maksudnya adalah untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan berlatih menolak dari semua kesenangan dan meditasi untuk mencapai keselamatan.
Kebiasaan yang sudah dilakukan selama berabad-abad ini membuat orang tidak berani mempertanyakan mengapa harus mematuhi peraturan tersebut. Mereka menganggap bahwa itu sudah menjadi keputusan dari Tuhan.
Seorang pria tua, pada suatu hari, merayakan ulang tahunnya yang ke-75. Sambil menangis mengucapkan selama tinggal kepada keluarganya, putra sulungnya menemani pria itu dalam perjalanan panjang dan sulit memasuki hutan. Orang tua itu membawa sebuah pisau dan dengan hati-hati menebang semak-semak berdua di kedua sisi jalan sempit. Akhirnya mereka sampai ke hutan dan ketika orang tua itu hendak memasuki hutan, anaknya bertanya mengapa ia memotong duri di jalan.
Ayahnya yang penuh kasih menjawab, “Itu untuk membuat perjalananmu ke sini lagi aman dan nyaman.”
Anaknya sangat tersentuh oleh kepedulian ayahnya yang ditunjukkan kepadanya, bahkan ketika ia meninggalkan ayahnya yang tua di hutan untuk menjalani hidup yang menyakitkan dalam hutan yang berbahaya dengan masa depan yang tidak pasti.
Kejadian itu membuka matanya. Ketika sampai di rumah, ia berbicara dengan teman-teman dan sanak saudaranya tentang keadaan putus asa orang tua mereka, yang rela tinggal di hutan demi mematuhi kebiasaan kejam. Secara bertahap, misinya mulai berhasil. Orang-orang mulai berpikir tentang kekejaman ritual tradisi mereka. Akhirnya hal itu dibahas di istana raja dan karena menghormati pendapat mayoritas, Raja menyatakan bahwa kebiasaan itu tidak akan dilanjutkan. Ia mengirimkan pasukannya untuk membawa orang-orang tua yang ditinggalkan di hutan untuk kembali ke rumah mereka.
Rakyat dengan senang hati mengikuti tentara dan mereka bisa melacak banyak orang tua dari berbagai bagian dari hutan lebat itu. Tetapi, orang tua yang penuh kasih itu tidak dapat ditemukan di sudut-sudut hutan. Akhirnya, anaknya melihat bagian dari pakaiannya di dekat gua. Ia bergegas untuk memeriksa pakaian itu, tetapi itu ditemukan dalam keadaan berlumuran darah. Jelas sekali bahwa orang tua itu mungkin telah menjadi mangsa binatang buas. Rakyat merasa sedih mengetahuinya. Mereka kembali ke kerajaan dalam diam, tetapi mereka sudah tercerahkan.
Mari kita menghormati ayah dan ibu kita dengan segenap hati kita. Jangan pernah lupakan bagaimana seorang Ibu menderita ketika melahirkan kita. Ingatlah bahwa kita berutang hidup kepada mereka. Bagaimana kita bisa membayar mereka untuk semua yang telah mereka lakukan pada kita?
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR