Intisari-Online.com – Seorang eksekutif muda dan sangat sukses bernama Josh, bepergian menyusuri jalanan Chicago. Ia terlalu cepat dengan mobil mahalnya yang keren, yang dua bulan lalu dibelinya.
Ia melihat anak-anak melesat keluar dari antara mobil yang diparkir dan melambat ketika ia berpikir melihat sesuatu.
Saat mobilnya berlalu, tidak ada anak-anak yang berlarian, tetapi sebuah batu bata melayang dan mendarat pada pintu samping mobil hitamnya itu! Ia berteriak! Rem diinjaknya kasar. Josh memundurkan mobilnya, lagi berputar dan kembali ke tempat dari mana batu bata tadi dilemparkan.
Josh melompat keluar dari mobil, menyambar anak yang melemparkan batu bata, dan mendorongnya hingga melawan sebuah mobil yang diparkir. Ia berteriak pada anak itu, “Apa itu maksudmu dan siapa kamu? Apa yang kamu lakukan?” Kepalanya serasa mendidih dan lanjutnya, “Itu mobil baru saya, dan batu bata yang kau lemparkan akan membuat saya mengeluarkan uang lebih banyak untuk memperbaikinya. Mengapa kau melempar batu bata itu?”
“Maaf Pak, tolong maafkan Saya! Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi!” Kata anak itu, “Saya melemparkan batu bata karena tidak ada orang lain yang akan berhenti!”
Air mata menetes membasahi dagu anak itu, sambi menunjuk di sekitar mobil yang diparkir. “Itu kakak Saya, Pak,” katanya. “Ia terjatuh di tepi jalan dan jatuh dari kursi rodanya dan saya tidak bisa mengangkatnya.” Sambil terisak anak itu bertanya pada eksekutif muda ini, “Maukah Bapak membantu saya untuk mengangkatnya ke kursi rodanya? Ia terluka dan ia terlalu berat bagi saya.”
Tanpa kata-kata, eksekutif muda itu berusaha menelan ludah di tenggorokannya. Tegang, ia mengangkat pemuda itu kembali ke kursi rodanya dan mengambil saputangan, lalu menyeka goresan luka pada anak itu, memerisa sekali lagi untuk melihat bahwa segala sesuatu baik adanya. Ia kemudian menyaksikan adiknya mendorong kursi roda itu ke trotoar menuju ke rumah mereka.
Josh berjalan kembali ke mobil barunya yang berwarna hitam bersinar dengan langkah gontai. Ia tidak pernah memperbaiki pintu samping mobil mewahnya itu. Ia terus membiarkan dalam keadaan penyok untuk mengingatkannya agar tidak menjalani hidup begitu cepat sehingga seseorang harus melempar batu bata padanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Beberapa batu bata mungkin lebih lembut daripada yang lain. Bagaimana bila batu bata kehidupan datang pada kita. Dalam hiruk-pikuk keramaian dan kecepatan hidup, tiba-tiba kita kehilangan kebahagiaan.
Pelan-pelan dan nikmati hidup. Bukan hanya tidak bisa menikmati pemandangan yang berlalu dengan cepat, tetapi kita juga akan kehilangan rasa ke mana dan mengapa kita pergi.