Intisari-Online.com – Leo Tolstoy adalah seorang penulis besar. Dia adalah seorang warga negara Rusia. Tolstoy adalah orang yang cinta damai. Dia menulis banyak cerita yang baik. Setiap cerita memiliki moral yang berharga. Beberapa ceritanya panjang, dan beberapa ceritanya pendek. Berikut ini adalah salah satu ceritanya.
Saat itu musim hujan di Rusia. Di sebuah desa di Rusia, air hujan mengalir bagaikan sungai di jalan. Hujan berhenti beberapa saat yang lalu. Dua gadis kecil sedang bermain air di jalan itu. Saat itu sedang ada festival. Mereka mengenakan rok baru. Malasha adalah nama gadis yang lebih muda, sementara Akulya adalah nama yang lebih tua.
Malasha menghentakkan kakinya di dalam air yang sedikit berlumpur. Air berlumpur memercik, mendarat di gaun baru Akulya ini. Akulya hanya mengibaskan lumpur dari gaunnya. Pada saat itu ibu Akulya ini sedang berjalan di tempat itu. Dia menatap gaun putrinya. Dia memarahi putrinya.
"Bagaimana Kau bisa membuat gaun barumu begitu kotor?" tanya Ibu Akulya.
"Malasha memercikkan air pada saya, ibu," kata Akulya. Ibu Akulya menangkap tangan Malasha. Dia memberi dua atau tiga pukulan di belakang Malasha. Malasha mulai menangis keras. Rumah Malasha kebetulan dekat situ. Ibu Malasha mendengar putrinya menangis. Dia terburu-buru keluar.
"Mengapa engkau menangis?" tanya ibu Malasha. "Ibu Akulya memukul punggung saya," kata Malasha. Ibu Malasha beralih ke ibu Akulya dalam suasana hati yang marah. Ibu Malasha menyalahkan Ibu Akulya. Segera mereka mulai bertengkar keras. Mereka saling menyebut nama mereka masing-masing. Teriakan demi teriakan terus terdengar.
Wanita lain yang mendengar segera bergabung dengan mereka. Beberapa dari mereka mendukung Ibu Akulya. Beberapa lainnya memberikan dukungan pada Ibu Malasha. Kedua kelompok yang sedang bertengkar itu makin lama makin membesar. Para pria pun akhirnya juga bergabung dalam pertengkaran itu. Pertengkaran itu bagaikan tak pernah ada akhirnya.
Pada saat itu nenek Akulya keluar dari rumah. Ia mengatakan pada pria dan wanita untuk tidak bertengkar. “Saat ini adalah waktunya festival. Tidak boleh ada pertengkaran,” katanya kepada mereka.
Namun, tidak ada yang mendengarkan nenek Akulya. Tidak seorang pun mempedulikan kata-katanya. Sementara itu, Malasha dan Akulya lupa akan pertengkaran mereka. Mereka pun berteman kembali. Mereka menjauhi tempat pertengkaran. Mereka mulai bermain perahu kertas di atas air yang mengalir. Sekarang, nenek Akulya pun berkata kepada dua kelompok yang sedang bertengkar.
“Lihat anak-anak itu. Mereka telah melupakan pertengkaran mereka. Mereka sudah mulai bermain lagi. Mereka telah menjadi teman lagi. Tapi kalian, pria dan wanita dewasa masih saja bertengkar. Apakah kalian tidak malu?”
Para pria dan wanita itu memandang dua gadis kecil itu. Mereka merasa malu. Mereka pun kembali ke rumah mereka dengan diam-diam.
Anak-anak memang mudah melupakan dan sangat mudah memaafkan. Para orang tua perlu belajar dari gadis-gadis kecil ini.