Intisari-Online.com – Putri Atlanta dalam mitologi Yunani, merupakan putri dari Raja Iasius. Ia diajari berburu sejak usia dini. Oleh karena itu ia menjadi seorang wanita pemburu yang kuat, terampil, dan sukses. Ia bisa mengalahkan siapa pun dalam berlari dan berburu.
Ia bersikeras bahwa ia hanya akan menikah dengan seorang pria yang mengalahkannya dalam lomba lari. Tertarik dengan kecantikan dan keberaniannya, banyak pangeran bertanding dengannya, tapi tidak bisa mengalahkannya. Akhirnya, seorang pangeran tampan, muda, dan pingar, Pangeran Melanion (Hippomenes), datang untuk mencoba kesempatan itu. Ia telah menyembunyikan tiga apel emas di sakunya ketika ia mulai perlombaan.
Ketika perlombaan berlangsung, Atlanta dengan mudah menyalip Melanion. Lalu Melanion melemparkan salah satu apel emasnya untuk mengalihkan perhatian. Apel emas itu jatuh di dekat kaki Atlanta dan berguling ke samping, jauh dari trek lari. Atlanta berlari mendapati apel emas itu, kembali dengan apel yang diambilnya, dan kembali berlomba. Sekali lagi, ia dapat mengontrol kecepatannya dan ia berlari di depan Melanion, yang kemudian melemparkan apel emas kedua. Apel emas itu jatuh tepat di kaki Atlanta, menyebabkannya ia menyimpang dari jalan dan tertinggal di belakangnya. Tapi Atlanta kembali berlomba dan segera menyusul Melanion.
Melanion kemudian melemparkan apel ketiga dan yang terbesar dengan kekuatan penuh. Karena tergoda untuk mengumpulkan apel emas yang berkilauan, Atlanta berlari mengejarnya, berhenti, dan membungkuk untuk mengambilnya, dan kembali dengan percaya diri untuk melanjutkan perlombaan. Tapi Melanion berhasil mencapai titik finish terlebih dahulu. Akhirnya Melanion memenangkan perlombaan dengan trik ‘nakal’nya dan menikahi Atlanta.
Dengan rahmat Tuhan yang kuat kita bisa melangkah dalam kehidupan menuju tingkat yang lebih tinggi jika kita bertekad untuk menghindari semua situasi yang menggoda. Kita harus bersiap untuk meninggalkan keterikatan kita pada kesenangan duniawi dan kedekatan pada benda-benda untuk mendapatkan kebebasan sejati untuk tujuan yang lebih besar. Keinginan kita terkadang menghambat kebebasan kita. Kita harus melepaskan diri dari keinginan-keinginan yang menggoda. Kepentingan duniawi akan gagal untuk membuka tangan kita dalam menerima kebahagiaan surgawi.
Bukankah seseorang tidak akan mendapatkan apa-apa jika ia memenangkan seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya?