Kebaikan Akan Selalu Datang Kembali

K. Tatik Wardayati

Editor

Kebaikan Akan Selalu Datang Kembali
Kebaikan Akan Selalu Datang Kembali

Intisari-Online.com – Alkisah, hidup seorang pemuda miskin yang tak berdaya, tidak memiliki pekerjaan, dan putus asa. Ia kehilangan pekerjaannya dan tidak ada satu pun yang membantunya. Karena tertekan dan sedih, ia memutuskan untuk bunuh diri.

Ia mengumpulkan semua koin dan pergi ke toko untuk membeli pisang matang yang dibungkus dalam sebuah koran. Ia membuka bungkusan dan mulai makan makanan terakhirnya ketika seorang pengemis tua mendekatinya. Dengan bibir gemetar, pengemis itu mengatakan bahwa ia tidak memiliki apapun untuk dimakannya selama beberapa hari ini dan terlalu lemah untuk berjalan.

Pemuda itu merasa kasihan dan memberikan pisang itu yang dibelinya untuk pengemis itu. Pengemis itu makan dengan sukacita dan mengucapkan terima kasih. Sebelum pergi, pengemis itu memberikan koin tua kepada pemuda itu sambil berkata, “Terima kasih banyak. Anda memberi saya semua yang Anda punya. Dengan rendah hati, terimalah koin ini sebagai hadiah dari saya.”

Ketika orang tua itu pergi, tanpa sengaja pemuda itu melirik kertas yang digunakan untuk membungkus pisang. Ia melihat iklan dari agen koin-koin kuno. Tertulis bahwa siapa yang memiliki koin kuno untuk datang mengunjungi agen itu dan mereka akan membayar harga yang cocok untuk koin yang dimiliki. Karena penasaran, pemuda itu membawa koin yang diterimanya dari pengemis tadi.

Ketika ditunjukkan kepada agen itu, mereka berseru kegirangan, “Kejutan! Koin ini sangat langka karena dari abad lama. Benar-benar keberuntungan!” Pemuda itu pun mendapakan imbalan dalam jumlah besar dari harga koin langka itu.

Pemuda yang bersukacita itu melompat kegirangan karena menerima sejumlah uang yang tak terduga, ia mencari-cari pengemis yang telah memberikannya koin. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan pengemis itu. Tapi ia tidak bisa menemukan pengemis itu di manapun juga. Tiba-tiba ia melihat sebuah tempat ibadah. Selama ini ia telah meninggalkan semua praktik keagamaannya. Tapi sekarang ia memasukinya dan berterima kasih kepada Tuhan atas kemurahan hati-Nya. Ia pun memulai hidup baru dengan harapan baru dan antusias.

Kebaikan tidak dapat diberikan begitu saja. Ia akan selalu datang kembali!