Intisari-Online.com – Alkisah, pada suatu malam yang gelap, seorang pencuri masuk ke taman pribadi sebuah rumah. Ia senang melihat rumah itu gelap. Berpikir bahwa semua orang sudah tertidur, ia memutuskan untuk menangkap beberapa ikan di kolam.
Tapi, suaranya di dalam air membuat pemilik rumah terbangun. Ia memerintahkan para pelayannya untuk pergi keluar dan memeriksa.
Pencuri itu ketakutan. “Mereka pasti akan datang dengan cara ini!” katanya pada diri sendiri dengan panik. “Mereka akan segera ke sini untuk memukul saya. Apa yang harus saya lakukan?”
Saat itu ia mendapat ide! Dengan cepat disembunyikan jaringnya di bawah semak-semak, dioleskan abu ke lengan dan dahinya, lalu ia duduk, berpura-pura menjadi orang suci yang sedang mendalami meditasi.
Para pelayan yang mengejar tertipu dan mengira bahwa pencuri itu adalah orang suci. Mereka memutuskan untuk pergi tanpa mengganggunya. Para pelayan mengatakan kepada tuannya bahwa mereka menemukan orang suci yang bermeditasi di taman. Mereka pun membawa tuan mereka ke tempat pencuri itu berpura-pura meditasi. Saat mereka mendekati pencuri, tuan rumah mengatakan kepada semua orang untuk tenang sehingga tidak mengganggu orang suci itu.
“Saya telah menipu mereka dengan baik, bahkan tuan rumah!” pikir pencuri itu, saat ia berpura-pura meditasi.
Tuan rumah dan para pelayannya akhirnya meninggalkan taman, sehingga “orang suci” itu bisa melanjutkan meditasinya dalam damai.
Keesokan harinya, tersebar berita bahwa seorang suci tinggal di taman. Orang berkumpul di sana dan menghormatinya dengan persembahan buah, bunga, dan permen.
Pencuri itu mulai bertanya-tanya dalam dirinya. “Aneh,” pikirnya, “Saya hanya orang suci palsu, bukan yang asli, tetapi orang masih menunjukkan rasa begitu hormatnya! Jika saya mencari orang suci yang sebenarnya, perbedaan itu akan terjadi dalam hidup saya. Mungkin, saya akan menyadari kehadiran Tuhan sendiri dalam hidup saya.”
Akhirnya, si pencuri itu mulai mendalami spiritual dan menjadi seorang yang benar-benar suci pada suatu hari nanti. Ia menghabiskan sisa hidupnya dalam doa dan meditasi.
Praktik spiritual teratur seperti doa harian dan meditasi saja dapat memberikan kebahagiaan besar, kepuasan, dan pengabdian. Tidak ada cara lain yang dapat memberikan penghargaan ini.