Per akhir 2021, utang luar negeri Sri Lanka adalah 50,72 miliar dollar AS.
Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Salah satu negara yang memberi pinjaman ke Sri Lanka adalah China, yang juga merupakan salah satu kreditur terbesar Sri Lanka.
Sri Lanka meminjam China untuk sejumlah infrastruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI), termasuk pembangunan pelabuhan Hambantota.
Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai 8 miliar dollar AS, yakni sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya.
Namun, sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu.
China pun juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai 3,5 miliar dollar AS.
"Dari awal, kecerobohan meminjam dari China buat infrastruktur yang tak menguntungkan membuat negara itu di titik ini," tulis media itu mengutip laporan Hong Kong Post.
Menurut BBC, pemerintah Sri Lanka sudah mencoba melobi China awal tahun ini untuk restrukturisasi utang, namun China telah menolaknya dan beban Sri Lanka pun makin bertambah.
Pembangunan Pelabuhan Internasional Hambantota di Srilanka masih menjadi polemik meski telah bertahun-tahun proyek itu rampung.
Proyek yang dibangun di atas kemitraan publik-swasta antara China Merchants Port Holdings (HIPG) dan Sri Lanka Ports Authority ini menarik cukup banyak utang dari China.
Asian Review melaporkan, untuk pembangunan pelabuhan yang terletak di sepanjang pantai selatan pulau Samudra Hindia ini memakan dana senilai 1,5 miliar dollar AS.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR