Intisari-Online.com – Untung mau memberi pelatihan bagi mahasiswa-mahasiswi salah satu Sekolah Tinggi di Yogyakarta. Untuk ke tempat pelatihan, Untuk terpaksa meminjam sepeda motor temannya. Karena pinjaman, Untung mencoba memeriksa sepeda motor tersebut sebelum dinaiki.
Betapa senang hati Untung melihat jarum tanda bahan bakar menunjukkan bahwa bensin masih penuh, sebab jarumnya menunjuk ke tanda “full”. Untung segera mengendarai sepeda motor tersebut.
Setelah kurang lebih berjalan tiga kilometer, motor itu tiba-tiba macet. Untung menstater berkali-kali hingga basah oleh keringat, motor tidak juga berbunyi. Untung membuka dan mengecek businya, sama saja. Untung sudah keburu terlambat. Maka, Untung bermaksud mencari telepon umum hendak menelepon temannya, agar mengambil motor yang macet itu, dan Untung bermaksud naik bus ke tempat tujuan.
“Mas, itu pasti bensinnya habis!” nasihat abang becak yang di belakang Untung.
“Nggak mungkin Pak! Wong jarumnya saja menunjuk tanda penuh kok!” sahut Untung.
Ketika mencari-cari telepon umum, sambil menuntun motor, Untung melewati penjual bensin.
“Apa salahnya saya mengikuti nasihat abang becak tadi!” pikir Untung. Akhirnya, Untung membeli bensin satu liter saja.
Begitu bensin dituang, Untung mencoba menstater, “Wruuuuunggg!” Sekali starter langsung bunyi.
Pelan-pelan Untung menjalankan motornya. Ketika Untung melampaui pengemudi becak, yang menasihati Untung dan langsung dibantahnya, Untung mengklakson beliau. Beliau tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Untung pun mengacungkan ibu jari tangan kirinya lalu melaju kencang menuju tempat pelatihan.
Mendengarkan orang lain, terutama mereka yang barangkali derajat dan status sosialnya lebih rendah dari kita, tidaklah mudah. Padahal, semua manusia bermartabat di hadapan Allah. Martabat manusia yang mengalami keindahan hidup sebagai anugerah Allah. Dengan mendengarkan sesama kita, sesungguhnya kita belajar mendengarkan kehendak Allah di dalam kehidupan ini. (Hidup itu Lucu dan Indah)